Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa ada Alam sadar dan Bawah sadar

24 Agustus 2025   13:48 Diperbarui: 24 Agustus 2025   20:11 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tidak semua yang pernah kita alami dalam pengalaman hidup yang sangat panjang bisa dimasukkan ke dalam ruang sempit bernama kesadaran yang sifatnya aktual-hadir saat ini. Ingatan masa lalu, trauma, mimpi, intuisi-semua itu tersimpan dalam wilayah yang tak bisa kita jamah-ia dapat muncul secara tiba tiba tanpa kita desain-dalam bentuk yang tidak bisa kita perkirakan.Akan mimpi apa malam nanti,intuisi apa yang akan kita peroleh esok hari ? Bukan suatu yang dapat kita ketahui dari membaca peta alam pikiran

Maka istilah "bawah sadar" juga sekaligus mengakui keterbatasan ilmu pengetahuan manusia : Baik ilmu psikologi maupun neurosains belum mampu memetakan seluruh isi wilayah ini. Kita dapat mempelajari neuron, memahami mekanisme sinapsis, tetapi itu tidak serta-merta membuat kita mengetahui apa yang sesungguhnya tersimpan dalam diri seseorang.

Ini menunjukkan bahwa otak dengan pikiran itu 2 substansi berbeda,Sehingga mengetahui banyak tentang infrastruktur otak seperti system saraf tidak otomatis bisa mengetahui Apa isi didalamnya. Neurosains boleh klaim ilmu tentang system saraf tapi bukan ilmu tentang pikiran manusia yang lebih rumit ketimbang sarafnya

3. Manusia bukan mesin biologis

Bandingkan dengan kecerdasan buatan (AI). Semua data dalam AI bisa diakses dan diatur oleh programmer. Tidak ada "bawah sadar" dalam komputer; hanya ada basis data yang rapi- terorganisir. Memahami seluruh perangkat keras komputer (hardware) berarti kita bisa membaca seluruh perangkat lunaknya hanya dengan cara membukanya.

Namun manusia berbeda. Mengetahui struktur otak secara fisik sampai detail pun tidak akan membuat kita otomatis tahu isi pikirannya.Dan tidak ada cara membuka isi pikiran misal via membuka bagian dari system saraf seperti kita menyalakan komputer untuk mengetahui data didalamnya

Sistem saraf hanyalah saluran,bukan gudang sepenuhnya dari jiwa-pikiran kita-ia adalah pengantar pikiran ke dunia sadar dan bukan produsen pikiran itu sendiri.Pikiran di produk oleh apa yang substansinya diluar material saraf maka
apa yang muncul ke permukaan sadar sering kali dipicu oleh hal-hal di luar kendali mekanis: niat, hasrat, situasi, bahkan dorongan misterius yang kita sendiri tidak mengerti.

Kita bisa tiba-tiba mengingat sesuatu yang lama terlupakan. Kita bisa bermimpi aneh tanpa kita rencanakan. Kita bisa mendapat intuisi tanpa tahu asal-usulnya. Semua ini menunjukkan bahwa pikiran manusia seperti tidak tunduk sepenuhnya pada logika mesin saraf yang bisa dibaca secara sistematik

4. Kesadaran di ambang kematian

Menariknya, saat tubuh tak lagi berfungsi-system saraf dlm keadaan off-misal dalam tidur, koma, atau bahkan mungkin diambang kematian-kesadaran biologis terputus,namun memori dan jiwa tetap terasa ada dan kita dapat merasakan saat tidur atau pengalaman mistis.Dalam penjelasan agama disebutkan bahwa kesadaran tidak mati bersama tubuh; ia hanya kehilangan sarana biologisnya.

Dalam hadis, misalnya, disebutkan bahwa jiwa tetap membawa ingatan dan kesadaran pasca mati. Ini memberi gambaran bahwa alam bawah sadar mungkin lebih dari sekadar produk otak-ia bisa jadi bagian dari dimensi non-material (ruhaniah) manusia.Maka ketika tubuh mati pikiran tidak hancur bersama tubuh tapi melekat kedalam roh.Ini mekanisme yang tentunya hanya bisa dilakukan oleh sang pencipta.Ada cara-mekanisme Ilahiah bagaimana membawa entitas yang pernah hidup di dunia ke alam lain yang sama sekali berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun