Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Neurosains fokus saraf-lupa unsur jiwa (?)

5 Juni 2025   08:11 Diperbarui: 12 Juni 2025   07:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang coba pikir ; Orang punya system saraf masih komplit tapi kalau akal budi rusak ia jadi ODGJ,Kalau akal tak dipake tetap bodoh-Kalau tak ada muncul hasrat kuat dari jiwa untuk mencari ilmu tetep bodoh-System saraf tak otomatis memberi ilmu atau kecerdasan-Orang mesti punya inisiatif sendiri dalam jiwa nya

Kalau pikiran-intuisi-mimpi adalah gerak materi harusnya gerak semua itu dapat dibaca dari gerak materi-Itu logika ilmu fisika (ilmu gerak materi)-walau sudah fisika level elementer-kuantum mestinya gerak materi se halus apapun masih dapat dibaca-Tapi apa yang bisa membaca gerak pikiran seseorang ?

........

BISA APA SARAF TANPA PIKIRAN?

Jika kita bicara tentang saraf, maka dengan mikroskop elektron kita bisa menembus hingga ke jaringan paling halus-menyaksikan neuron, sinaps, dan aliran neurotransmiter. Tapi pikiran yang lalu lalang di dalam jaringan itu ? Tak satu pun alat bisa meneropongnya. Pikiran tidak memiliki bentuk, tidak bisa ditimbang, tidak bisa diukur. Ia hadir, namun tak pernah terlihat.

Otak manusia, bersama sistem sarafnya, adalah mesin biologis yang luar biasa rumit. Di dalamnya terdapat miliaran neuron, membentuk jejaring kompleks yang menghubungkan seluruh tubuh dan memfasilitasi pengalaman kita akan dunia.Mekanisme ini begitu rinci, terorganisir, seolah-olah memang dirancang untuk kecerdasan.

Tapi mari kita bertanya lebih dalam:

Apa artinya saraf tanpa pikiran?
Apa gunanya sistem neuroelektrik tanpa akal budi?
Apa maknanya sinyal listrik tanpa intuisi?
Apa nilainya seluruh rangkaian neurokimia tanpa niat, hasrat, atau kehendak personal ?

Saraf memang bisa menghantarkan impuls, menyimpan memori, memicu gerak refleks, bahkan membentuk kebiasaan. Tapi apakah semua itu cukup untuk menjelaskan mengapa misal manusia bertanya tentang makna hidup? Atau mengapa kita mampu mencintai, mengagumi keindahan, merindukan kebenaran?

Yang memberi makna pada sistem saraf bukanlah saraf itu sendiri, tetapi sesuatu yang melampauinya-sesuatu yang tidak bisa dipetakan oleh ilmu biologi.

Idealisme yang muncul sebagai hasrat personal yang menggebu dari dalam jiwa bukan bagian dari ilmu saraf,neurosains maupun ilmu biologis-semua itu tak bisa menjelaskan kemunculannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun