Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyoal Ada, Perlukah "Ada" Itu Di-verbal-kan?

27 September 2021   07:15 Diperbarui: 27 September 2021   09:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karena ternyata tidak semua manusia dapat memahaminya secara utuh-apalagi menyeluruh.pada umumnya manusia memahami Ada hanya sebagai suatu yang nampak kedalam pengalaman inderawi atau obyek sains yang dapat diamati dan dideskripsikan secara sainstifik.padahal Ada atau realitas dalam bahasa lain, itu multi dimensi sebagaimana peralatan penangkap Ada dalam diri manusia itupun tidak satu jenis-juga multi dimensi.sehingga ada realitas yang bersifat empiris yang bisa di amati secara inderawi dan-atau diobservasi secara sainstifik tetapi ada realitas yang untuk memahaminya maka kita harus sudah memakai level akal dan hati-tidak bisa memakai prinsip serta metode sainstifik lagi

Dengan kata lain;
-ada realitas yang ditangkap oleh peralatan inderawi (obyek sains)
-ada realitas yang hanya bisa ditangkap secara akali (obyek rasionalitas)
-ada realitas yang hanya bisa ditangkap oleh hati (menyangkut essensi dari realitas tsb.)

Dalam kenyataan biasanya semua bentuk penangkapan itu diupayakan menjadi satu kesatuan pengertian atau pemahaman

Contoh; seorang ayah memukuli anaknya dan efek pemukulan tsb. maka indera kita yang menangkapnya.tapi apa latar belakang atau motivasi sang ayah memukulnya maka itu ranah akal untuk menangkap sebab-akibat dibalik peristiwa tsb.nah hati itu menangkap essensi atau hal lebih dalam dari peristiwa tsb.misal ; essensinya sang ayah itu sebenarnya sangat cinta kepada anaknya tsb dan tak mau anaknya menjadi tersesat atau salah jalan

Demikian pula,indera kita dapat menangkap beragam wujud terdesain di alam semesta,seperti mekanisme gerak planet planet atau wujud tubuh manusia dan mekanisme organ dalamnya.nah akal lah yg dapat merumuskan keharusan adanya pikiran desainer dibalik semuanya itu karena mustahil semua itu tercipta secara kebetulan.dan hati menangkap dengan keyakinan essensi adanya sang maha desainer tsb.

Dan terkait realitas yang di bahasakan sebagai "wujud" maka yang disebut wujud itu bukan hanya sesuatu yang nampak secara inderawi tetapi suatu yang bisa ditangkap akal pikiran dan diyakini oleh hati akan keberadaannya.demikian pula bila kita bicara wujud Tuhan maka jangan orientasi pada bentuk yang dapat di inderai

Atau dengan kata lain ciri dari "wujud" atau entitas yang Ada adalah suatu yang memiliki eksistensi sehingga ekaistensinya itu menjadi tanda dari keberadaan suatu wujud.

Pikiran manusia itu tidak memiliki bentuk fisik atau materi tetapi ia tetap bisa disebut sebuah wujud karena memiliki eksistensi dimana eksistensi pikiran dapat kita lihat dari beragam perilaku manusia yang berasal dari pikiran yang beragam. dengan kata lain pikiran adalah sebuah wujud tapi bersifat abstrak

..........................................

MENYOAL ADA (bagian 2)

Bicara tentang Ada apalagi Ada Tuhan memang bisa nampak ribet, apalagi bila harus pake jalur ontologi filsafat atau pake pendapat ahli tasauf,atau pendapat muktazilah atau aliran lain dalam islam atau apalagi pake definisi quantum bakal lebih ribet lagi karena ujungnya realitas dipandang hanya ilusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun