Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Pure Reason", Tuhan vs Immanuel Kant

21 September 2018   11:11 Diperbarui: 21 September 2018   18:57 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Encyclopedia Britannica

'Pure reason' makna nya kurang lebih : 'sepenuhnya dengan memakai rasio' atau 'menggunakan rasio secara full-maksimal-utuh'.('rasio' dalam bahasa filsafat atau 'akal' dalam bahasa kitab suci)

Dan itu yang dikritisi oleh Immanuel kant perihal penggunaan pure reason oleh para failosof era klasik yang diantaranya melahirkan konsep ilmu teologi itu. dan penggunaan akal memang suatu yang diperintahkan bahkan diwajibkan oleh kitab suci agama Ilahi.lalu mengapa Immanuel kant mengkritisi 'pure reason' ?

Mungkin Kant menganggap para failosof klasik itu telah lari dari dunia nyata-tidak lagi berpijak pada hal hal yang empirik karena sibuk membuat konsep konsep abstrak yang dianggapnya imajinatif-tidak pararel dengan dunia nyata.sebab itu ia memiliki obsesi memijakkan kembali metafisika ke dunia nyata lewat kolaborasi filosifisnya dengan teori empirisme David hume.

 maksudnya adalah, agar metafisika tetap ada di jalur 'ilmiah' maka metafisika tidak boleh keluar dari asas-prinsip empirisme yang orientasi pada unsur pengalaman.nah sebab itu ia membagi wilayah kenyataan yg menjadi obyek filsafat itu kepada dua kutub antara fenomena dan noumena.tiada lain mungkin tujuan dasarnya adalah memeta kan wilayah jelajah rasio,antara mana yang masih dapat dijelajahi dan mana yang sudah tidak bisa dijelajahi.agar manusia faham bahwa rasio hanya dapat bermain di wilayah fenomena-wilayah realitas yang bisa ditangkap melalui unsur pengalaman. karena fenomena adalah segala suatu atau obyek yang menampakkan diri melalui pengalaman manusia.dengan kata lain rasio tak bisa lagi bermain di wilayah noumena karena noumena telah di tutup sebagai 'wilayah yang tidak bisa diketahui' dan artinya tertutup untuk bisa dianalisa atau di ilmiahkan oleh rasio

Itulah gambaran singkat konsep fenomena - noumena yang tujuannya sebenarnya adalah memijakkan rasio hanya di wilayah fenomena dan menjauhkannya dari menyeberang ke dunia gaib yang mungkin dianggapnya hanya penuh dengan spekulasi.atau bisa juga disebut memenjarakan rasio di dunia empirik-dunia pengalaman-dunia fenomena.maka konsep pure reason yang dikembangkan para failosof klasik pun dianggap tamat riwayatnya.era Kantian adalah era dimana fungsi penggunaan akal dibatasi-bukan lagi era pure reason sebagaimana halnya era filsafat klasik

Bagaimana mengeluarkan rasio dari 'penjara' yang dibuat Kant ? ... mungkin itu ide yang pernah tercetus dalam fikiran para pemikir yang tidak setuju dengan konsep metafisika Kant,utamanya adalah para pemikir termasuk para teolog utamanya yang orientasi pada prinsip universalitas-ke menyeluruhan.mereka menganggap konsep Kant membatasi akal untuk dapat memahami kemenyeluruhan

Bagi para teolog utamanya,konsep kemenyeluruhan itu sangat penting dan sangat fundamental untuk mendalami serta lalu memahami Tuhan dan agamaNya.karena memang Tuhan tidak dapat difahami kecuali memakai bingkai kemenyeluruhan.sebagai contoh; bagaimana memahami ke menyatu padu an atau ke tersaling hubungan antara dunia alam gaib yang ada diluar pengalaman dengan dunia alam lahiriah yang dapat dialami maka perlu kacamata atau bingkai kemenyeluruhan untuk dapat memahaminya.artinya Tuhan serta agamaNya tidak dapat difahami apabila cara pandang manusia parsialistik-kebalikan dari universal atau holistik-kemenyeluruhan.

Nah dalam konsep universal yang dideskripsikan agama Ilahiah itu sebenarnya tidak ada konsep noumena yang tidak dapat diketahui yang konsepnya dapat dibuat manusia-Kant itu.karena apabila Tuhan menghendaki atau bahkan mengkonsepsikan hal yang gaib itu untuk diketahui maka manusia bisa atau dapat mengetahuinya

Misal,asal usul atau hakikat dari mana manusia berasal dalam konsep Kant mungkin akan dikategorikan sebagai 'noumena yang tidak dapat diketahui' karena unsur pengalaman manusia tidak dapat masuk kedalamnya untuk bisa mengetahuinya,tetapi dalam konsep Tuhan yang menjadi konstruksi agama itu adalah hal yang diberitahukan Tuhan dan harus diketahui manusia.Tuhan menyatakan bahwa asal usul manusia itu berasal dari tanah.sebuah pernyataan yang tentu bukan wilayah rasionalitas tetapi masuk wilayah ilmu hakikat

Contoh lain adalah alam akhirat yang dalam ranah Kantian mungkin akan masuk kategori noumena yang tidak dapat diketahui dan dianggap tak bisa masuk wilayah kajian ilmu logika karena sudah berada diluar unsur pengalaman, tetapi dalam konsep Tuhan hal itu dipandang sebagai suatu hal yang harus di buka kan-harus diketahui dan harus difahami oleh konsep pure reason-oleh cara berfikir akal yang sistematis yang tak perlu tergantung secara mutlak kepada unsur pengalaman dan deskripsi tentang alam akhirat itu penting untuk diketahui dan difahami oleh akal karena itu merupakan masa depan seluruh umat manusia setelah mereka mati dan bayangkan kalau alam akhirat itu dibuat misteri atau dijadikan noumena yang tidak dapat diketahui sama sekali maka manusia tidak akan tahu apa yang akan terjadi sesudah mereka mati.dan artinya dengan mengenal konsep alam akhirat yang dideskripsikan oleh agama maka manusia dapat memaknai hidupnya diatas dunia

Artinya,melalui agama Tuhan meng ilmiahkan alam akhirat karena mempersilahkan akal fikiran untuk ikut mendalami serta memahaminya,karena keberadaan alam akhirat itu bukan tanpa sebab-akibat artinya berpijak pada prinsip hukum kausalitas yangmana sesuai kaidah ilmu logika metodologinya dapat dibaca serta difahami oleh rasio itu.dan sebab-akibat dari alam akhirat itu bukan berpijak pada pemikiran imajinatif tetapi pada fakta-kenyataan yang ada dalam kehidupan yang dapat dialami sendiri oleh seluruh umat manusia yang hidup di muka bumi yaitu bahwasanya didunia ini ada benar-ada salah,ada kebaikan dan ada keburukan atau ada kebaikan dan ada kejahatan dan merupakan suatu fakta tersendiri bahwa ternyata tidak semua kejahatan itu dapat terbalaskan secara sempurna di dunia bahkan tidak sedikit orang jahat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan dunia dan membawa kejahatannya ke alam kubur

Nah konsep logika atau konsep empirik reason ala Kant berhenti hanya sampai disini,hingga manusia masuk ke liang kubur dan tak boleh menjelajah lebih jauh dari itu karena itu sudah berada diluar wilayah pengalaman.tapi bagi konsep pure reason yang termaktub dalam kitab suci persoalan rasio tak berhenti hingga disitu karena rasio dipersilahkan untuk mendalami serta memahami apa yang akan terjadi sesudah itu

Itu sebab dalam konsep Kant alam akhirat dipandang sebagai bukan realitas yang akan terjadi dan yang akan dialami oleh seluruh manusia kelak melainkan hanya dipandang sebagai 'ajaran moral' semata agar manusia melakukan hal hal yang baik dan menghindari kejahatan.dan artinya dalam konsep Kant tidak ada jalan ilmiah untuk memahami hal hal yang gaib sebab itu semua persoalan agama lalu dibelokkan hanya sebagai sekedar 'ajaran moral' belaka.lain dengan konsep agama Ilahi yang membuat jalan ilmiah menuju memahami ketersaling hubungan antara dunia alam lahiriah dengan dunia alam gaib diantaranya dengan melalui jembatan hukum kausalitas universal itu

Jadi tujuan para teolog menggelar wacana pure reason itu maksudnya adalah agar rasio manusia dapat memahami peta realitas keseluruhan,dapat memahami ketersaling hubungan antara alam dunia dengan alam gaib-antara alam lahiriah dengan alam gaib serta dapat memahami hukum kausalitas yang bersifat universal yang mengaitkan segala suatu secara menyeluruh mulai dari yang ada di dunia alam lahiriah-fisik hingga yang ada di dunia alam gaib-metafisik sehingga kedua dimensi realitas itu dapat difahami secara menyatu padu

Tetapi itulah, untuk memahami konsep pure reason itu manusia harus melangkahi pengalaman artinya tidak boleh terpaku pada unsur pengalaman yang terbatas itu.contoh,untuk memahami rasionalitas alam akhirat maka tak boleh terpaku pada unsur pengalaman yang memang tidak dapat menggapainya.dan dengan kata lain,agama menwrima konsep pengalaman atau konsep empirisme tetapi dalam ruang lingkup yang terbatas-tidak dijadikan sebagai acuan ilmiah-tidak dijadikan sebagai parameter kebenaran

Dan bayangkan kalau konsep empirisme atau konsep 'berpijak pada pengalaman' ala David hume itu diterapkan maka sebenarnya manusia tidak akan pernah dapat memahami konsep Tuhan yang termaktub dalam agama yang orientasinya kepada memahami universalitas atau kemenyeluruhan itu atau dengan kata lain empirisme apabila dijadikan acusn ilmiah hanya akan memenjarakan rasio manusia di dunia fisik-materi

Dan coba anda bayangkan sendiri apabila lalu Immanuel Kant memiliki ide ingin memijakkan metafisika di wilayah pengalaman dengan mengacu pada empirisme David hume maka bayangkan dampaknya yang akan terjadi terhadap rasio dan juga terhadap agama

Maka dalam ranah Kantian rasio akan memiliki rel baru bernama 'logika dialektika materialis' atau logika yang berjalan terbatas hanya berputar putar diseputar wilayah yang dapat dialami atau yang nampak sebagai 'fenomena' dan dampaknya terhadap agama adalah agama tidak akan lagi dianggap sebagai wilayah ilmiah dalam artian wilayah yang dapat dijelajahi oleh rasio-oleh ilmu logika dengan segenap hukum serta metodologi nya dan akan dikategorikan sebagai hanya 'ajaran moral' semata,ini tentu beda dengan konsep para teolog yang berupaya menghadirkan jalan jalan ilmiah kedalam ilmu teologi termasuk memasukkan hukum hukum logika formal kedalamnya tiada lain agar Tuhan - agama Ilahi dapat difahami secara ilmiah utamanya melalui konsep rasionalitas

Kant menolak semua argumen logis tentang keberadaan tuhan, karena menurutnya argumen tersebut tidak absah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dari situ akhirnya Kant sampai pada kesimpulan Agnostisisme. Menurutnya masalah mengenai tuhan tidak bisa dibuktikan kebenarannya atau pun ketidakbenarannya. Objek tuhan berada di luar jangkauan rasio manusia, oleh sebab itu maka kita tidak akan pernah bisa memiliki pengetahuan tentang tuhan dan inilah yang disebut dengan agnostisisme.

Akan tetapi, Kant tidak berhenti di situ. Tampaknya ia merasa tidak puas dengan kesimpulannya akhirnya tersebut, dan ia terus mencoba mengkaji masalah tentang tuhan. Kant pun berakhir pada pernyataan bahwa meskipun kita tidak akan pernah bisa memiliki pengetahuan tentang tuhan, tetapi tuhan bisa diandaikan melalui postulat (hipotesis) moral.

Itulah konsep Tuhan ala Kant yang tidak pure reason yang ujungnya selalu berakhir di wilayah moral itu adalah efek karena ia tak mengakui adanya jalan ilmiah yang bisa dilalui rasio menuju memahami Tuhan karena metafisika nya disandarkan pada prinsip empirisme David hume.dan ini berlawanan 180 derajat dengan konsep para teolog yang juga menjadi prinsip dasar konsep agama,mereka-para teolog selalu berupaya menghadirkan-mengungkap 1001 jalan ilmiah menuju memahami Tuhan-konsep agama Ilahi diantaranya melalui konsep kausalitas universal (yang ditolak David hume itu) atau contoh lain adalah konsep 5 pembuktian eksistensi adanyaTuhan yang diungkap Thomas aquinas.dan intinya banyak teolog lain yang berupaya mendekatkan rasio dengan pemahaman agama dan itu selalu dilakukan oleh para agamawan dari zaman ke zaman bahkan hingga hari ini.di sisi lain para pengikut Kant yang memandang agama sebagai tak lebih dari 'hanya ajaran moral' pun mungkin selalu ada

Kant memang nampak berjasa mensintesiskan empirisme dengan rasionalisme melalui metode pembuktian kebenaran yang ia sebut 'kritisisme' hingga yang satu nampak tidak menjadi materialist tulen dan yang satu tidak lari ke wilayah imajinasi yang diluar pengalaman.tetapi betapapun nampak 'logis'nya jalan fikiran Kant tetapi yang disebut realitas universal itu tidaklah bisa diungkap keseluruhannya hanya melalui unsur pengalaman belaka,karena baik pengalaman bahkan rasio manusia itu adalah unsur unsur yang terbatas,dan dalam keserbaterbatasannya itulah rasio kita dituntun Tuhan untuk memahami keseluruhan tentu bagi yang mau,yang tidak mau mungkin memilih dituntun Immanuel Kant

Dengan kata lain inti kesimpulannya,dalam ranah agama rasio atau akal itu dapat digunakan secara 'pure'- secara utuh sesuai fungsi hakiki akal yang memiliki derajat lebih tinggi ketimbang dunia inderawi. dalam artian bukan bebas ber imajinasi secara liar sebab tetap harus mengacu pada apa yang ada di dunia nyata sebagai mana konsep pengadilan Tuhan yang mengacu pada realitas adanya kebaikan dan kejahatan di alam dunia

Sedang sebaliknya dalam wilayah Kantian rasio dibatasi penggunaannya-tidak bisa pure-tidak bisa berfungsi secara utuh sebagaimana kehendak sang penciptanya yang menginginkan akal bisa digunakan untuk menjelajah wilayah fisik dan juga metafisik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun