Mohon tunggu...
Uchan dug
Uchan dug Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syariah UIN SMH BANTEN

langkah awal untuk bisa berkarya dalam tulisan, mungkin ini akan menjadi wadah tentang tugas kampus saya dan cerita ceita kehidupan saya, dan enterpretasi terhadap lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Carut Marut Demokrasi Indonesia

28 November 2022   00:05 Diperbarui: 28 November 2022   00:33 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merdeka dari tahun 1945 sampai sekarang sudah penghujung tahun 2022, kita sudah memasuki angka usia kemerdekaan yang cukup tua yaitu 77 tahun, sekarang mari kita hitung berapa jumlah penganggur dan masyarakat miskin di Indonesia. apakah pengangguran dan kemiskinan sudah tidak ada di Indonesia, jelas masih banyak.

77 tahun para pemimpin bangsa ini gagal dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demokrasi yang seharusnya menjadi jalan yang luas kepada semua orang untuk menikmati kesejahteraan dan keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia, namun realita berkata malah kebalikannya.

Demokrasi hanya melahirkan pencitraan dan pengumpulan kekuatan dari rakyat yang di manfaatkan oleh para oligarki, untuk mempertahankan status quo dalam berkuasa di tanah Pertiwi yang subur makmur, tanah surga yang tidak ada orang meragukan itu.

Tanah surga yang tak berbanding lurus dengan kisah manusia yang hidup di tempat ini, Rakyat Miskin, Pengangguran, Kelaparan Bencana yang disebabkan oleh kerusakan alam yang di lakukan oleh tangan-tangan pemilik modal dan kekuasaan, mereka dengan bangga nya menyebutkan investasi, lapangan kerja baru, kecepatan pembangunan hingga lupa masyarakat hanya merasakan pilu yang panjang di banding gembiranya.

(Masuk Pesta Demokrasi)

kita sudah Masuk Pada Era Pesta Demokrasi Lima tahun sekali yaitu pemilihan umum, untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Negara yang subur dan kaya raya ini. Saling olok-olok dan sentimentil dari para aktornya atupun simpatisannya.

Dalam melihat para politikus yang akan menjadi pemimpin baru di bangsa ini, sudah mulai bergerak dari terkesan Humanis dan pro terhadap rakyat untuk meyakinkan dan merauk dukungan terbanyak agar dirinya bisa memenangkan pertandingan lima tahun sekali di gelanggang Demokrasi.

Hal ini menjadi biasa dan absurd di mata masyarakat, karena informasi yang begitu mudah di dapat dan tentunya sangat cepat hingga menjadi kabur pandangannya dalam melihat pemimpin yang bisa membawa Negara ini kepada cita-cita bersama yaitu kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Partai politik yang memiliki jumlah suara yang pasti menjadi barometer kemenangan, siapa saja yang mendapatkan dukungan dari partai besar dan banyak partai yang tergabung di dalamnya tentunya itu akan menjadi pemanangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun