Mohon tunggu...
Mubaidi Sulaeman
Mubaidi Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Islamic Studies UIN Sunan Ampel Surabaya

Magister Agama -Dirasah Islamiyah-UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tipe-tipe Pengangguran yang Harus Kamu Ketahui

4 Juli 2020   20:17 Diperbarui: 4 Juli 2020   20:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah lazim bagi masyarakat umum bahwa memperoleh pekerjaan merupakan sesuatu yang patut dibanggakan. Selain mendapatkan uang, ia juga mendapatkan status social. Apalagi di lingkungan masyarakat yang komunal seperti Indonesia -- suku Jawa-. Coba lihat saja, ketika kita bertemu sanak saudara atau seorang teman yang lama tidak bertemu, pertanyaan klise yang hampir selalu ditanyakan setelah "apa kabar", "kerja di mana".

Pertanyaan "kerja di mana" ini hampir sama horornya dengan pertanyaan "kapan nikah".  Pertanyaan "kerja di mana" merupakan salah satu cara  orang Indonesia mengidentifikasi terkait dengan status social, tingkat kesuksesan, jumlah penghasilan --dengan cara tebak-tebakan-, dan bagaimana kondisi teman atau sanak saudara tersebut untuk diperbandingkan dengan seseorang yang mereka banggakan, entah itu pacar, saudara atau bahkan dengan dirinya sendiri --ya, memang sudah riya' sejak ada dipikiran sih-.

Bagi orang Barat --Bule- yang memiliki budaya menjaga privasi seseorang, kejadian di atas tidak akan pernah terjadi, karena hal itu bagi budaya mereka tidak memiliki etika kesopanan dan melanggar privasi seseorang. Tetapi bagi orang timur --khususnya Indonesia- privasi adalah urusan nomer sekian, karena komunalitas harus tetap di atas kepentingan privasi --bahkan ketika dirjen catatan sipil "menjual" data kependudukan kita kepada perusahaan fintech, kita merasa tenang-tenang saja dan tidak merasa terganggu dengan hal itu-.

Hal ini disebabkan oleh salah tafsir kita oleh pembelajaran guru kita di sekolah yang mengatakan "kita harus menjunjung tinggi  kepentingan umum di atas kepentingan pribadi", hingga kepentingan privasi kita rela untuk ditelanjangi.

Bagi para kaum pengangguran musim pandemic covid-19 seperti ini merupakan anugerah terindah yang pernah ada, sejauh masa-masa menganggur yang ada.  Bagaimana tidak, kampanye  yang digaungkan oleh Pemerintah "tetap di rumah saja" untuk memutus rantai penyebaran covid-19 ditafsirkan "tidak boleh bekerja" alias menganggur adalah solusi terbaik menghadapi covid-19.

Peristiwa ini adalah momen terbaik yang didapatkan oleh para pengangguran  sebagai momen kenaikan derajat pengangguran. Bahkan di saat pandemic covid-19 ini, 2 juta pengangguran di Indonesia mendapatkan intensif yang tak main-main dari negara.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, total anggaran yang dialokasikan di APBN 2020 sebesar Rp 10 triliun untuk 2 juta "pengangguran" di negeri ini. Jumlah itu dibagi dalam empat manfaat, biaya pelatihan sebesar Rp3-7 juta, biaya sertifikasi Rp0-900.000, insentif (gaji) pasca pelatihan Rp500.000, pengisian survey (3Rp50.000).

Wow, amazing.  Ketika semua orang tidak dapat bekerja di luar rumah dan tidak memperoleh penghasilan, justru pada momen tersebut adalah para pengangguran di negeri Indonesia mendapatkan "durian runtuh" berupa uang insentif dan kenaikan derajat dengan cukup di rumah saja sambil rebahan di depan gadget.

Bahkan  menjadi sesuatu yang lazim menganggur yang dilakukan oleh semua orang, yang artinya menganggur bukanlah sesuatu yang tabu lagi.  Dan terhindar untuk waktu yang cukup lama dari pertanyaan "kerja di mana".  Betapa indahnya untuk para pengangguran di musim Covid-19 saat ini.

Belum lagi, musim pandemic yang hadir ditengah-tengah hari raya umat Islam, telah menyelamatkan para pengangguran dari pertanyaan "kerja dimana sekarang?" betapa pandemic telah membawa berkah yang cukup besar bagi para penganguran, meskipun bagi sebagian orang pandemic ini menjadi bencana yang diharapkan segera berlalu untuk dapat beraktivitas seperti sedia kala.

Masa-masa indah kesetaraan derajat pengangguran dan orang yang bekerja  harus berakhir juga ketika presiden pad awal bulan Juni 2020 mengumumkan bahwa Negara Indonesia bersiap untuk menghadapi "new normal atau normal baru". Masa-masa kesetaraan yang indah tersebut berubah menjadi kepanikan masal bagi pengangguran tatkala banyaknya pengangguran lain yang gagap kondisi "normal baru" ini, yang mengakibatkan mereka berebut lowongan pekerjaan.

Di mana kondisi  sebelum pandemic datang, pelamar pekerjaan disuatu posisi hanya diperebutkan oleh 4 -7 orang saja, tetapi setelah normal baru menjelang pelamar suatu posisi telah menjadi dua kali lipat 10-20 orang -- hal ini disebabkan melimpahnya korban PHK masal karena pandemic dan fresh graduate lewat jalur Covid-19-.

Bagi pengangguran, "normal baru" bagaikan garis start yang panjang diiringi dengan "pengatur waktu" yang mengharuskan mereka berburu dengan waktu sebelum datangnya pertanyaan "kerja di mana?". Selain bersaing dengan pengangguran yang lain, mereka juga dihimpit kantong yang mulai berteriak minta "makan", karena uang bensin sudah tak mencukupi lagi untuk berkeliling mencari lowongan pekerjaan.

Ini artinya bagi pengangguran yang lama, pandemic merupakan momen yang indah yang pernah mereka dapatkan, sedangkan "normal baru" adalah gerbang  tantangan mencari status sosial yang baru mereka. Jadi mereka tetap abadi dengan status penganggurannya.  Berikut ini tipe-tipe pengangguran yang perlu kamu ketahui:

 # Pengangguran Natural

Pengangguran tipe ini merupakan pengangguran karena panggilan alam. Memang dia terlahir untuk menganggur seumur hidupnya. Baik dengan adanya wabah penyakit maupun bukan karena wabah, mereka memang terlahir untuk menganggur.  Satu-satunya keahlian yang dia miliki adalah menganggur selamanya. Mau tahu siapa pemecah rekor tipe pengangguran ini? Yupz, Patrick teman sejati Spongebob, hingga saat ini belum ada yang mengalahkan rekornya.

# Pengangguran Banyak Acara

Pengangguran ini, merupakan jenis pengangguran yang seumur hidupnya penuh sekali dengan acara-acara yang kurang produktif. Hidupnya dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan yang membuatnya senang-senang semata. Bukan untuk mengisi waktu luang, atau menghasilkan sesuatu yang berguna, tetapi memang sengaja menghindari pekerjaan dengan menyibukan diri dengan acara-acara tidak penting.

Mau tahu siapa contohnya? Mr. Bean, orang terpandai di dunia dalam urusan ngeles dengan maksud menghindari pekerjaan yang datang kepadanya. Lihat saja setiap episode Mr. Bean penuh dengan kegiatan, tetapi tak pernah sukses --upz kok jadi Warkop DKI ya? Mereka juga termasuk sih-.

# Pegangguran Expired

Pengangguran tipe ini merupakan pengangguran yang lebih baik dibandingkan dua tipe pengangguran sebelumnya. Pengangguran tipe masih memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan meskipun hasilnya bisa ditebak, yaitu sulit mendapatkan pekerjaan, sehingga kemampuan dan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan perlahan-lahan mulai pupus dan menikmati status penganggurannya.

#Pengangguran yang digaji

Pengangguran tipe ini banyak sekali kita temukan disaat musim pendemi, dengan alasan Work From Home (WFH) mereka berdiam diri  dirumah. Mereka memiliki tupoksi (tugas pokok dan fungsi) tetapi mereka mengerjakannya dengan sesuka hati, jika lagi good mood ya dikerjakan jika bad mood ya ditinggal. 

Hal ini karena mereka mempunyai pikiran toh, yang paling menentukan bukan prosesnya, tetapi hasilnya. Selain itu, bagi mereka kenapa susah-susah mengerjakan tugas saat ini jika nanti bisa dikerjakan?, tipe pengangguran ini, merupakan pengangguran yang berpenghasilan tetap setiap bulan dan sambil menuntut tunjangan kinerja (Tukin) yang tak kunjung cair dari Pemerintah. Upz...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun