Mohon tunggu...
ubaidil fikri
ubaidil fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Teknologi Sederhana, Dampak Nyata: Mahasiswa KKN UNTAG Surabaya Dorong UMKM Pintu HPL Tingkatkan Produksi di Desa Kertosari

18 Juli 2025   16:51 Diperbarui: 18 Juli 2025   16:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apresiasi Pak Mulyato terhadap Alat TTG Mahasiswa KKN Untag Surabaya

Oleh : Dita Surya Esani, Anis Naufal Hakim, M. Ubaidil Fikri, Aisyatul Oktavia, dan Jessica Wahyu Aprillia, Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Surabaya, 18 Juli 2025 -- Di tengah geliat pembangunan ekonomi desa, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu tulang punggung utama dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Peran UMKM tidak hanya sebatas penggerak ekonomi lokal, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan pencipta lapangan kerja yang inklusif. Namun, di balik semangat dan ketekunan pelaku usaha kecil, masih banyak tantangan teknis yang mereka hadapi, mulai dari keterbatasan alat produksi, metode kerja yang masih tradisional, hingga kurangnya akses terhadap pelatihan dan teknologi yang sesuai kebutuhan. Kondisi ini menjadikan proses produksi berjalan kurang efisien, daya saing produk rendah, dan pertumbuhan usaha cenderung stagnan. Di sinilah peran perguruan tinggi dan mahasiswa menjadi krusial, bukan hanya sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu menawarkan solusi aplikatif melalui pendekatan teknologi tepat guna dan pendampingan langsung di lapangan.

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan lagi sekadar rutinitas akademik. Ketika semangat pengabdian dipadukan dengan kreativitas, hasilnya bukan hanya proyek KKN biasa, melainkan solusi nyata bagi masyarakat. Inilah yang dilakukan oleh Sub Kelompok 1 Reguler 21 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dalam pelaksanaan KKN di Desa Kertosari, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto pada 13 Juli 2025. Di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan Mochamad Firmansyah, S.T., M.T., mereka menjawab persoalan teknis yang selama ini menghambat produktivitas para pengrajin pintu HPL di desa tersebut.

Kreativitas Mahasiswa Bertemu Kebutuhan UMKM: Kolaborasi Cerdas di Kertosari

Di balik aktivitas sederhana para pengrajin pintu HPL di Desa Kertosari, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, terdapat permasalahan mendasar yang telah lama mereka hadapi diantaranya yaitu proses produksi yang lambat, tenaga kerja yang terkuras, dan hasil produk yang belum konsisten. Metode manual yang digunakan dalam tahap pengeleman dan pengepresan membuat pelaku UMKM kesulitan memenuhi permintaan pasar secara optimal. Dalam kondisi seperti ini, kehadiran mahasiswa KKN dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya menjadi angin segar yang membawa harapan baru.

Dengan mengusung pendekatan teknologi tepat guna, mahasiswa menghadirkan inovasi sederhana yang justru berdampak besar seperti alat perata lem dan alat press manual yang dirancang sesuai kebutuhan lokal. Bukan alat canggih berbasis listrik atau mesin industri, melainkan karya buatan tangan yang fungsional, mudah digunakan, dan ekonomis. Melalui kreativitas dan kepedulian, mereka membuktikan bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat desa mampu menghadirkan solusi riil yang menjawab persoalan langsung di lapangan.

UMKM Pintu HPL di Kertosari Kini Memiliki Kapasitas dan Kualitas Produksi yang Lebih Baik Berkat Teknologi Tepat Guna 

Produksi pintu berbahan High Pressure Laminate (HPL) di Desa Kertosari sebelumnya terkendala metode kerja manual, khususnya pada proses pengeleman dan pengepresan. Pengrajin hanya mampu menghasilkan 2--3 unit per hari dengan kualitas yang belum konsisten. Menjawab tantangan ini, tim KKN Sub Kelompok 1 Reguler 21 menghadirkan inovasi alat perata lem dan alat press manual. Alat yang sederhana, tidak membutuhkan listrik, dan mudah digunakan.

"Tujuan kami bukan sekadar membantu, tapi menciptakan sesuatu yang benar-benar bisa digunakan dan diteruskan oleh masyarakat," ujar M. Ubaidil Fikri, mahasiswa pelaksana kegiatan KKN yang akrab disapa Ubed.

Setelah alat diterapkan, produksi meningkat menjadi 4--5 unit per hari. Produk lebih presisi, waktu kerja lebih efisien, dan pengrajin lebih percaya diri memenuhi permintaan pasar. Selain membawa alat, mahasiswa juga memberikan modul pelatihan teknis, format pencatatan produksi harian, dan edukasi manajemen usaha sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun