Malam itu kau bertemu ular naga. Bukan dalam peragaan atau permainan anak-anak, melainkan dalam bentuk betulan: coklat, bersisik bukan berisik, dan berasap. Selongsong napas api keluar dari rongga mulutnya.
Ular naga itu berbicara padamu, "kopi."
Sedang kau masih memikirkan bagaimana cara ular naga sebesar rumah itu masuk ke rumahmu.
"Tapi saya tidak punya kopi," kau membalasnya takut-takut.
   (1) takut kalau ular naga itu menyemburkan api yang dapat mengubah kulitmu menjadi abu;
   (2) takut kalau segerombolan warga menyatroni rumahmu dengan serentet pertanyaan dan pernyataan.Â
"Ko-pi," ular naga itu mengeja. Seperti guru sekolah dasarmu yang mengajarkan huruf dan angka.
"Ya-ya. Sa-ya ta-hu." Kau balik mengeja. Mengajarkan ular naga salah alamat itu sedikit tata krama.
"La-lu?" tanya si ular naga, masih mengeja.
Kau yang kehilangan kesabaran akhirnya menghembuskan napas keras-keras. Naga sialan. Kenapa tidak balik saja ke tempatmu berasal: buku dongeng anak-anak.