Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ekpektasi

19 September 2020   16:47 Diperbarui: 19 September 2020   16:51 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://www.sci-news.com

Baca sebelumnya, Kompilasi.

Pernahkah kau bertanya-tanya. Tentang kucing di jalan yang kehilangan ekornya. Apakah ia ditabrak? Atau bertengkar demi mendapat wilayah jajahan dan perempuan?

Tentang penjual sayur yang tidak laku dagangannya. Apakah mereka menyimpannya untuk dijual di esok hari? Atau mendermakannya kepada pengamen jalanan yang hanya mendapat lima ribu sejak tadi pagi?

Tentang bintang dan para pembuat ramalan. Apakah Leo hari ini mendapat nasib beruntung? Atau justru Sagitarius yang akan bertemu cinta sejati dan membuat kisah Romeo Juliet versi terbaru?

Tidak. Kau tak sempat. Pertanyaan di kepalamu hanya berputar pada pekerjaan, tumpukan kertas yang katanya mengandung uang, dan pertanyaan atasan tentang apakah kau masih ingin lanjut bekerja. Karena jika masih, kau harus lebih giat dan cekat. Tidak boleh sering telat, apalagi mengambil cuti dadakan. Tidak boleh berdebat, apalagi mempertanyakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan job desk yang telah diberikan.

Tidak boleh pulang terlalu on time. Tidak boleh memakai kamar mandi terlalu lama. Tidak boleh mengecat rambut. Tidak boleh berteriak, menggebrak meja, dan beberapa peraturan lain yang membuatmu merasa hidup di balik jeruji besi alih-alih kubikel dalam gedung tinggi.

Kau mulai berpikir untuk keluar dan memulai hidup baru. Mungkin melamar di sebuah perusahaan kecil yang lebih tenang dan damai. Yang memberi kelonggaran waktu datang, karena kau tidak suka ngebut-ngebutan di jalan. Mendapat teman yang sepemikiran, karena kau lelah hidup dalam perdebatan.

Mendapat gaji setimpal, juga atasan yang dapat menerima masukan. Lalu bertemu pasangan impian, dan membangun istana sederhana yang dapat menyambutmu pulang.

Sayangnya kau lupa, bahwa pembunuh paling kejam itu bernama ekspektasi. Ketika harapan dan impian memenuhi kepala, realita mengejutkanmu dengan hal-hal tak terduga.

Kau berekspektasi tentang tempat kerja yang nyaman. Realita menamparmu dengan gaji yang tidak setimpal dan rekan kerja yang saling sikut-sikutan.

Kau berekspektasi tentang pasangan yang meneduhkan. Realita mematahkan bahwa ia lebih suka tidur mendengkur dan mengupil saat kau makan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun