Selain olahraga, kamu juga bisa menentukan jeda dalam kalimat untuk mengambil napas.
Hal ini juga saya terapkan dalam presentasi, misalnya pada pengucapan judul. Saya mengambil jeda pada setiap kalimat yang penting, seperti ini,
"Analisis-Dampak Kapitalisasi Sewa-Berdasarkan PSAK 73-Terhadap-Kinerja Keuangan Perusahaan"
Jeda boleh diambil, tetapi tidak memutuskan kalimat yang berada dalam satu makna. Misalnya dalam judul di atas, saya tidak boleh mengambil jeda seperti ini, "Analisis Dampak Kapitalisasi-Sewa Berdasarkan-PSAK 73 Terhadap-Kinerja Keuangan Perusahaan." Dalam jeda tersebut, ada makna yang terputus, dan dapat membuat bingung para audiens.
2. Permainkan Intonasi Suara dan Perhatikan Kontak Mata
Kunci penting lainnya dalam presentasi adalah dengan memainkan intonasi alias naik turunnya suara. Untuk apa? Tentu saja, untuk membuat pendengarmu lebih tertarik dengan apa yang kamu sampaikan, sekaligus membantu mereka untuk mengetahui point-point penting dari presentasimu.
Jika tidak percaya, coba bandingkan temanmu yang presentasi dengan nada datar dan temanmu yang menggunakan intonasi. Mana yang audiensnya terkantuk-kantuk dan mana yang audiensnya penasaran lalu memperhatikan?Â
Hal terpenting yang lagi-lagi perlu kamu tanamkan adalah kamu tidak presentasi untuk dirimu sendiri, tapi kamu mengajak para audiens untuk turut menyaksikan presentasimu.Â
Memang sulit untuk melatih intonasi suara bagi kamu yang tidak terbiasa. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa mempelajarinya. Kamu dapat menyaksikan tayangan reportase berita di televisi. Perhatikan bagaimana reporter itu berbicara, sehingga orang-orang tertarik untuk mendengar berita yang ia sampaikan.
Selain itu, kamu juga bisa mempelajari lewat pembawa acara, seperti Kick Andy, Najwa Shihab, Merry Riana, dan lain-lain. Saya sendiri menyukai Najwa Shihab, apalagi saat ia membacakan puisi. Intonasinya membuat saya seolah ikut andil dalam kisah yang dibacakannya.
Selain intonasi, kontak mata juga penting untuk mendukung keberhasilan presentasimu. Suara yang bagus akan kalah dengan mereka yang melakukan kontak mata dengan para audiens. Dengan melakukan kontak mata, dapat diartikan bahwa kamu sedang mengajak para audiens untuk turut memerhatikan.