Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hujan dan Beberapa Karya Fenomenalnya

25 September 2018   06:01 Diperbarui: 25 September 2018   19:23 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://www.wbal.com

Salah satu quotes yang pernah saya baca tertulis, "hujan itu 1 persen air, 99 persennya kenangan". Ya, hujan memang tidak pernah lepas dari kenangan dan segala ceritanya. Hujan seakan lubang besar yang diisi dengan kenangan, kehangatan, dan ingatan tentang mantan. eeehh...

Generasi millenial bahkan punya kebiaasaan unik tersendiri tentang hujan, yakni memotret hujan dan memposting di media sosial dengan untaian kata puitis bak penyair majenun. Saya jadi bertanya-tanya, apa benar hujan berpotensi bisa membuat seseorang jadi melankolis? 

Saking tersohornya hujan, muncul istilah bagi seseorang yang menyukai hujan yaitu "Pluviophile". Konon si Pluviophile akan lebih bahagia ketika hujan datang, bahkan rela menatapnya selama berjam-jam!

Tidak hanya itu, lagu-lagu, novel, maupun film pun tidak luput dari tema hujan. Bahkan tidak jarang juga mereka menjadikan kata "hujan" sebagai judul dari karya tersebut. Apa saja? Berikut beberapa di antaranya.

1. Hujan Bulan Juni

ilustrasi: https://mojokstore.com
ilustrasi: https://mojokstore.com

"tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni


dirahasiakannya rintik rindunya


kepada pohon berbunga itu"

Siapa yang tidak kenal dengan petikan puisi di atas? Puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Darmono itu telah membius jutaan masyarakat Indonesia. Bahkan puisi yang lahir pada tahun 1989 itu tidak juga hilang pesonanya hingga tiga dekade kemudian. Bukankah sampai sekarang, masih banyak dari kita yang menyelipkan puisi Hujan Bulan Juni dalam berbagai kesempatan?

Pada Juni 2015, Eyang Sapardi menuliskan novel dengan judul yang sama, yakni Hujan Bulan Juni. Novel ini mengangkat kisah Sarwono, seorang dosen antropologi, yang jatuh cinta pada Pingkan, seorang dosen sastra Jepang, yang diharuskan studi ke negeri sakura dan meninggalkan sang kekasih. Kesuksesan novel Hujan Bulan Juni bahkan membuatnya diangkat menjadi sebuah film yang bisa dinikmati mulai November 2017 lalu.

ilustrasi: https://www.jpnn.com
ilustrasi: https://www.jpnn.com
Walau sempat menonton filmnya, saya cukup terhipnotis dengan syair-syair yang bertebaran di sepanjang film. Syair yang ditulis oleh penyair majenun memang tampak lebih romantis dan puitis. Salah satu yang saya suka berbunyi, 

"aku musafir yang sedang mencari air, kamu sungai yang melata di bawah padang pasir."

Selain film, Hujan Bulan Juni juga telah dibuatkan musikalisasi puisinya lho. Tidak kalah dengan puisi dan filmnya, musikalisasi Hujan Bulan Juni yang dibawakan oleh Ari Reda juga akan membuatmu baper dan terhipnotis. Dengan suara tinggi nan lembutnya dan iringan gitar yang sederhana akan melayangkan pikiranmu ke suatu tempat yang jauh, jauh dari sini. Ahh.. sudahlah, dengarkan saja.


Puisi eyang Sapardi memang terkenal dengan pilihan katanya yang sederhana tapi mampu memberikan makna yang mendalam. Seperti pada puisi Hujan Bulan Juni ini. Juni yang masuk hitungan musim kemarau pastilah jarang dituruni hujan. Hujan bulan Juni menggambarkan kisah seseorang yang tabah dan sabar dalam penantiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun