Hari kelahiran pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, menjadi tolak ukur bagi kita, masyarakat Indonesia. Sebagai landasan dan dasar negara: masihkah Pancasila ada dalam hati kita?
Menghapal Pancasila Hanya Kewajiban Anak Sekolah Dasar?
Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, rasanya Pancasila sangat dekat keberadaannya di telinga. Setiap upacara senin pagi, pancasila dibacakan secara lantang di tengah lapangan.
Pancasila juga hadir di sampul belakang buku kita. Bagi yang tidak percaya, coba tengok kembali buku kalian sewaktu SD dan lihat bahwa pancasila terpampang sangat jelas di sana. Bukan hanya jadi sampul buku, pancasila juga terdapat di setiap ruang kelas, di ruang guru, dan depan sekolah. Menghapal pancasila juga merupakan tantangan tersendiri bagi anak sekolah dasar. Barang siapa yang telah berhasil menghapal, akan mengangkat tangan paling tinggi ketika guru meminta membacakannya di depan kelas.
Namun semakin besar, pancasila semakin hilang dalam kehidupan kita. Di saat sekolah menengah atas, upacara senin pagi sudah menjadi rutinitas yang amat membosankan. Jangankan untuk mengulang teks pancasila yang dibacakan oleh guru, datang dan berdiri di tengah terik matahari saja rasanya berat sekali. Akhirnya kita terpaksa bertahan dengan bercanda, tanpa sadar bahwa upacara telah hampir usai.
Tiba di dunia perkuliahan, pancasila hampir tak tersisa. Sudah tidak ada lagi upacara kenaikan bendera di senin pagi, tidak ada lagi sampul buku yang bertulis teks pancasila, sudah tidak ada lagi pancasila di ruang-ruang kelas, apalagi seorang dosen yang meminta dibacakan pancasila di dalam kelas.
Kita mulai lupa persatuan Indonesia itu merupakan sila ke berapa. Kita mulai terbalik antara sila keempat dan kelima. Bahkan ada beberapa dari kita yang sudah tidak tahu lagi bagaimana bunyi pancasila keseluruhan. Lantas, apakah benar bahwa menghapal pancasila hanya kewajiban anak Sekolah Dasar?
Menghapal, Mengingat, dan Menerapkan.
Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia. Bagaimana kita dapat menerapkan landasan kehidupan negara ini jika kita tidak menghapalnya?
Jika seluruh insan di negara ini mengingat bahwa pancasila telah merumuskan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama, niscaya Indonesia akan menjadi bangsa yang religius, menghormati kebebasan menjalankan ibadah dan bertoleransi antar umat beragama.
Jika seluruh warga negara Indonesia mengingat bahwa pancasila telah mengatakan “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” sebagai sila kedua, maka kita akan senantiasa mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia. Tidak akan ada lagi kekerasan terhadap anak, terhadap wanita, atau dalam rumah tangga.
Jika segenap masyarakat Indonesia mengingat bahwa pancasila telah mengatur “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga, kemungkinan kecil negeri ini akan mengalami masalah intoleransi karena perbedaan suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama.
Jika seluruh warga Indonesia mengingat bahwa pancasila telah membeberkan “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebikjasanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”, tidak akan ada lagi pemaksaan demokrasi. Tidak akan ada lagi bentuk money politicguna menyokong pemimpin yang ‘tak mengerti apa-apa’ untuk maju dalam pilkada. Dan juga tidak ada lagi anggota DPR yang tidur ketika sedang membicarakan amanah rakyat.
Jika seluruh pegawai pemerintah, mengingat bahwa pancasila telah menjelaskan “Keadilan Sosial Bagi Masyarakat Indonesia” tidak akan ada Gayus Tambunan lain yang menggelapkan jutaan uang negara demi kepentingan pribadinya. Serta tidak akan ada lagi orang Indonesia yang tidak mengenal huruf karena tidak mampu untuk bersekolah.
Pancasila adalah tiang negara kita. Jika tiang-tiang ini mulai rapuh karena tidak dirawat, maka negara ini tak lama lagi akan hancur bersama rakyat dan sejarahnya. Pancasila ini milik kita. Jangan biarkan ia pudar, apalagi terlupakan, karena…
“Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara.” – Presiden Joko Widodo
Saya Tutut Setyorinie. Saya Indonesia. Saya Pancasila.
1 Juni 2017.