Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Oppenheimer", Peringatan dari Pertikaian Panjang Sains dan Ambisi (Geo)Politik

28 Juli 2023   09:43 Diperbarui: 29 Juli 2023   11:54 2250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cillian Murphy dan Emily Blunt di film Oppenheimer (2023)(IMDb) via Kompas.com

Dalam bahasa yang lain, percampuran antara sains dan gairah-gairah nasionalistik seperti ini mengingatkan pada kritik Julien Benda, dalam buku La Trahison des Clercs (1927). Gairah atau perayaan pada nasionalisme sempit yang memang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan zaman modern. 

Dan yang lebih mengerikan dari kecenderungan nasionalisme sempit adalah ia mampu mengonsolidasikan kebencian terhadap sesama menjadi sesuatu yang patriotis, seperti kehendak nasional. Ia juga menjadikan umat manusia yang beranekaragam itu kedalam satu blok massa yang homogen, beringas dan berkesinambungan. 

Ilmuwan selevel Oppenheimer bukannya tidak mengalami "dilema moral" dalam situasi di atas. Preferensi humanistik miliknya sangat bisa jadi dibentuk oleh dialog-dialognya dengan kelompok komunis, tanpa mesti menjadi anggota. 

Pertentangan batin yang mengungkap ilusi dari kredo "ilmuwan haruslah bebas nilai" juga sudah diingatkan Einsten ketika mereka bertemu di depan sebuah kolam. Namun ia, setidaknya dalam film, dipengaruhi pula oleh kekhawatiran jika tidak mulai, maka Soviet akan terlebih dahulu. Siapa yang bisa mengendalikan Soviet di bawah Stalin?

Ia menyadari jika dirinya tengah melayani rezim perang, tidak semata-mata gairah akan pengetahuan. Di konteks ini, analogi perannya sebagai Promotheus, sosok mitologis yang juga disukai Karl Marx, telah menjadikannya pembebas sekaligus korban.

Kebosanan di Awal. Nolan yang dikenal menganut metode "non-linear narrative structure" membuat penonton Oppenheimer agak kesulitan di awal. Apalagi penonton awam semisal saya yang tidak pernah membaca tuntas buku American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer (2005) karangan Kai Bird dan Martin J. Sherwin. 

Kesulitan ini ditambahi pula dengan frekuensi dialog di periode awal yang banyak membicarakan kosakata dalam ilmu fisika. 

Kesukaan Nolan memainkan perpindahan fragmen adegan dengan skoring musik yang mengingatkan pada film Dunkirk adalah tantangan berikutnya. Dengan caranya, film ini mewajibkan penonton harus lebih kuat memelihara fokus dalam kebosanan.

Saya mesti melawan serangan kantuk ketika melewati periode ini hingga ujicoba Trinity berhasil. Seorang teman yang duluan menyaksikan film ini lebih memilih meninggalkan bioskop sesudah scene ledakan ini selesai, saking membosankannya. 

Sebagai produk jurusan IPS di SMA Negeri, saya baru bisa lebih nyaman mengikuti Oppenheimer sesudah masa-masa serangan politik.

Nama-nama seperti Truman atau Hoover mengingatkan pada pertikaian geopolitik global, khususnya ketegangan di dalam Global North dan meluas ke pinggiran Global South. Dua nama ini adalah segelintir saja yang menjadikan perang melawan komunisme sebagai bagian dari perluasan dan penegasan kontrol geopolitik Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun