Dua modalitas ini, rasanya, adalah fondasi yang kuat sehingga Vietnam pun Thailand bisa dipaksa mengelus dada.
Jadi, apa yang sejatinya dimenangkan oleh anak-anak muda ini?
Mereka mengetahui jika kebersamaan ini memiliki kapasitas yang cukup untuk menulis sejarah baru. Seolah-olah mereka paham benar bahwa tidak ada yang baru di bawah matahari, dan karena itu, tidak ada kutuk yang tak bisa dicabut.Â
Kuncinya adalah memberikan dirinya kedalam tim. Dan totalitas di setiap pertandingan. Hanya dengan begitu, dalam pemberian diri yang total, energi dalam memenangkan pertandingan akan selalu berkobar-kobar. Dengan begini juga, kebangkitan menjadi keniscayaan.
Tidak untuk siapa-siapa selain kepada jutaan pendukung yang mencintai timnas sepakbola tanpa syarat.Â
Dan pencapaian ini jauh lebih berharga karena sebentar lagi kita menjadi saksi pemilihan umum dimana perseteruan kelompok versus kelompok akan mengemuka. Politik yang sakit (hati) dan tidak membawa kita kemana-mana.Â
Tapi setidaknya kita baru melihat sepakbola yang penuh daya juang. Sepakbola dari anak-anak muda yang membanggakan sekalipun politik negerinya hanya mereproduksi segerombolan elite yang tak pernah mati akal menunggangi antusiasme massa.
Selain itu, kita boleh bergembira. Tapi jangan pernah memalingkan ingatan kepada mereka yang menjadi korban di Kanjuruhan.Â