Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Melihat Serie A Sesudah Pekan ke Lima Belas

14 November 2022   07:01 Diperbarui: 15 November 2022   15:17 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laga Juventus Vs. Lazio dimenangkan Juventus dengan skor 3:0, menandai libur Serie A (Foto AFP/ Vincenco Pinto via Kompas.com)

Serie A telah menyelesaikan pekan ke-15. Pekan terakhir sebelum libur Piala Dunia, Natal dan Tahun Baru dengan konfigurasi klasemen tanpa banyak kejutan akhir tahun. 

Dus, mari kita simak posisi "The Big Four" dari liga yang sudah berjalan selama 93 tahun ini.

Napoli kokoh di puncak, Numero Uno dengan poin 41. Tanpa kekalahan, 13 kemenangan dan 2 hasil imbang. Capaian nyaris sempurna ini mungkin adalah musim yang terbaik sepanjang sejarah klub sejauh konsisten hingga akhir musim. Musim 2022/2023 hanya bakalan sempurna dengan mengunci gelar.

AC Milan di peringkat kedua dengan jumlah poin 33. Si juara bertahan ini mengumpulkan 10 kemenangan, 3 hasil imbang dan 2 kekalahan. Bukan hasil yang mengejutkan sebab skuad Milan tidak banyak berubah, pelatihnya tidak diganti. Mereka masih berkompetisi dengan filosofi yang sama. 

Milan sejatinya cukup stabil musim ini. Mereka sukses melewati fase grup Liga Champions dan menjaga persaingan di kancah domestik. Hingga pekan ke-15, Giroud, dkk baru kalah karena Napoli dan Torino. Dua pesaing bebuyutannya, Inter dan Juventus, sudah ditekuk.

Posisi ketiga, adalah si Nyonya Tua yang kehilangan jati dirinya sepanjang musim yang lalu. 

Mereka baru terlempar dari Liga Champions dengan cara mengenaskan. Melewati awal musim dengan berkali-kali melambungkan hastag #AllegriOut. Termasuk dihajar klub promosi sekelas Monza. 

Tapi cuma itu dua kekalahan La Vecchia Signora. Sejak menang tipis dalam Derbi della Mole, Locatelli, dkk konsisten meraih hasil positif hingga subuh barusan dengan menang telak melawan Lazio. 

Tim yang enggan merevisi secara radikal filosofinya ini seperti sedang dalam momentum bangkitnya; kondisi yang membuktikan klaim Allegri bahwa dirinya masih sebagai solusi alih-alih sebagai daftar masalah. 

Mereka tak semata menang dengan cara yang identik Allegri: solid dalam bertahan, tidak menghibur, dan efektif bikin gol. Juventus sudah menang dengan 6 clean sheet! Poin mereka kini berjarak 2 biji dari Milan.

Bagi Allegri, sepak bola indah hanyalah konsep abstrak. Karena itu jika ingin terhibur, Anda menuntutnya dari sirkus. 

Terakhir Lazio, yang musim bermazhab Sarriball. Capaian Lazio serupa dengan Juventus, mereka hanya lebih banyak mendulang kekalahan: 3 kali. Poin mereka cuma berselisih 1 biji dengan Nyonya Tua. 

Lazio tetap memelihara sepak bola menyerang dengan hasil yang tidak bisa dipandang sebelah mata. 

Luis Alberto, dkk sudah menghajar Inter serta Atalanta dan menang dalam derbi ibukota melawan Roma. Lazio mengawali 15 pekan dengan satu bukti bahwa Sarriball masih mampu bersaing di Serie A.

Enam Besar Tersisa
Enam besar tersisa dari Serie A musim ini secara berturut-turut adalah Inter (30 poin), Atalanta (27 poin), Roma (27 poin), Udinese (24), Torino (21) dan Fiorentina (19 poin). Formasi 6 besar ini tidak terlalu mengherankan kecuali bahwa Inter yang sudah mencatat 5 kekalahan bisa berada di luar zona 4 besar.

Atalanta dengan sepak bola yang tidak pernah berubah dalam satu dekade memang tidak pernah menjadi tim yang diproyeksikan berebut gelar. Tim ini hanya pengganggu yang kadang asik, kadang tiarap. 

AS Roma? Setali tiga uang dengan Atalanta. 

Sejak era gemilang di masa Fabio Capello bersama nama-nama angker sekelas Totti, Batistuta, Nakata, Emerson, hingga Montella, tim ibukota masih tidak tahu caranya kembali. Zaniolo, dkk sekadar bolak-balik bermain di Liga Champions belaka. 

Pelatihnya yang pernah dijadikan cover sampul majalah Rolling Stones masih saja menjadikan Roma sebagai mid-table team. 

Mereka memang pernah juara di kompetisi yang sulit disebut namanya itu. Kompetisi dari buangan para (yang) entah.

Akan tapi mewakili tim dari ibukota tidak cukup dengan nasib seperti ini. Jose Mourinho bukan lagi "The Special One" sebagaimana yang diklaimnya sendiri. Kapan pensiunnya, Om?

Dalam situasi Roma sebagai spesialis pemburu slot zona Champions, kejengkelan para Juventini terhadap Agnelli semestinya bukan apa-apa dibanding suasana batin Romanisti terhadap riwayat klub yang begitu-begitu saja. 

Tapi, kayaknya, mereka sudah cukup puas dengan berhasil mendatangkan Dybala (yang kemudian cedera) atau Matic (yang sudah aus). Lantas Udinese, Torino dan Fiorentina? 

Sepertinya takdir mereka belum bergeser dari tempat dimana pemain-pemain tertentu berkembang dan dibeli klub yang lebih kaya dan lebih mungkin meraih gelar. 

Udinese memang sempat mengejutkan di awal-awal musim. Di bulan September, mereka menghajar Roma dengan 4 gol tanpa balas. Lantas menghabisi Inter Milan dengan 3:1. Tidak kalah melawan Lazio dan Atalanta.

Masalahnya adalah Udinese seringkali kesulitan menang melawan tim yang semestinya di bawah levelnya. Hanya bisa imbang dengan Cremonese, Lecce dan Spezia; tiga pejuang bebas dari degradasi.  

Karena itu juga, tiga tim ini hanya akan berjuang di papan tengah. Mereka belum memiliki cukup kapasitas menembus 4 besar. 

Sesudah Pildun Qatar, Serie A akan seperti apa?
Rasa-rasanya Serie A tetap akan menjadi liga yang menampilkan pertarungan klub dalam merusak dominasi Juventus, bukan meneguhkan dominasi yang baru. 

Sesudah Inter Milan juara, kemudian diambilalih rival sekotanya, AC Milan, gelar musim ini sudah semestinya dibawa pulang oleh Napoli. Napoli yang bertahun-tahun berjuang menjadi runner-up dan kenangan juaranya tetap milik era Maradona.

Maradona bahkan telah menjadi nama stadion. Maradona bahkan telah dibikinkan patung. 

Sejauh ini, sepak bola atraktif Napoli berhasil menciptakan kejutan. Mereka memulai musim tidak dengan transfer yang ambisius, semisal Milan apalagi Juventus. 

Namun Spaletti berhasil membuat Liverpool terlihat semenjana hingga menciptakan kengerian di dalam negeri. 

Deretan tim pemburu zona Champions: Lazio, Milan dan Roma,  sudah disikatnya. Kecuali Inter dan Juventus yang baru akan dihadapinya Januari tahun depan.

Sebab itu, yang kita tunggu adalah grafik konsisten dari Napoli hingga akhir musim.  Dan melihat bagaimana ketegangan itu datang dari Milan dan Juventus. 

Dengan kata lain, sepak bola Italia paska-Qatar 22 adalah pertarungan dua mazhab menyerang dan satu mazhab bertahan. Sepak bola Italia yang belum banyak bergeser poros dominasinya.

Maka lupakanlah Inter Milan itu. Apalagi AS Roma. Terlebih-lebih Mourinho!

#Finoallafine 

       

 ***

Sumber yang dipakai membaca statistik adalah Who Scored.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun