Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dalam Air Mata (Industri) Sepak Bola

18 Mei 2022   10:09 Diperbarui: 18 Mei 2022   20:00 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia memutuskan pindah ke Juventus di tahun 2011 dengan status bebas transfer. Saat itu umurnya 32 tahun, 4 tahun lebih tua dari Dybala. Fungsinya disangka sudah merosot. Milan saat itu diasuh Massimiliano Allegri. 

Buffon sampai harus bilang, "Seorang pemain dengan level kemampuan seperti dirinya, apalagi dia didapatkan gratis, saya pikir itu adalah transfer terbaik abad ini."   

Dan Pirlo menemukan pelatih yang tepat, momentum yang ideal. Juventus tengah bergerak pulih dari keterpurukan sesudah tahun-tahun yang medioker paskacalciopoli (2004-2007).

Ketika usia seperti kutukan bagi produktivitas dan daya saing. Pirlo ingin melawan itu. Membuktikan bahwa dia masih bisa bertarung di level tertinggi. 

Selama musim 2011-2015, ia masih memuncaki tangga juara Serie A. Kualitasnya tetap terjaga dengan rekor-rekor individual dalam urusan melakukan operan hingga mengisi daftar para pemain terpilih Serie A dalam satu musim. 

Pirlo, misalnya, adalah satu-satunya pemain Italia yang masuk nominasi FIFA Ballon d'Or 2013. Dia hanya mendapat 70 suara, namun lebih baik dari Xavi (40 suara) atau Mezut Ozil (35 suara), sekadar menyebut beberapa gelandang top sezaman. 

Mengutip wikipedia, di musim 2011-2012, Pirlo menciptakan lebih dari 100 peluang dan menyelesaikan 2643 operan musim itu, dengan tingkat penyelesaian umpan 87%, menyelesaikan 500 operan lebih banyak daripada pemain lain di Serie A; Satu-satunya pemain di dunia yang telah menyelesaikan lebih banyak umpan daripada dia musim itu adalah Xavi.

Pirlo bukan saja bagian dari mereka yang mengabadikan rekor Juventus di kancah domestik. Pirlo bersama capaiannya telah menyentuh ruang keabadian, bukan saja ketaktergantikan.

Apakah Dybala bakal mencapai apa yang sudah dilakukan Pirlo: ketika berakhir di Milan, ia seperti terlahir kembali di Juventus?

Saya berharap begitu. Bukan pada pencapaian sang arsitek--julukan Pirlo-- yang mustahil diulang, tapi pada spirit dan kehendak untuk terus menjadi. 

Kesedihan Dybala yang tersedu-sedu memang perlambang dari ikatan emosional yang dalam. Tanda dari luapan cinta yang kuat. Ilustrasi dari sejarah yang menyatukan sang bintang dan masyarakat pemujanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun