Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tetap Berdaya Guna Walau Bakal Dibuang Juga!

27 April 2022   09:16 Diperbarui: 28 April 2022   07:07 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel Juventus, Federico Bernardeschi, melakukan selebrasi usai menjebol gawang Fiorentina pada laga leg kedua semifinal Coppa Italia 2021-2022 di Stadion Allianz, 20 April 2022. (MARCO BERTORELLO/AFP via kompas.com)

Federico Bernardeschi membuat satu gol indah ke gawang Fiorentina di leg kedua semifinal Coppa Italia. 

Sesudah mengontrol dengan dada bola rebound, kaki kirinya melakukan sepakan voli yang mengarah ke sisi kiri gawang Dragowski. Gol yang tenang dan indah. 

Gol pembuka yang menandai ketidakmampuan klub yang pernah dibela bakat-bakat spesial dari Roberto Baggio, Rui Costa, Batistuta hingga Federico Chiesa ini melakukan epic comeback. 

Sekaligus, lebih dari itu, menegaskan karakteristik bahwa Juventus memang telah sedemikian membosankan namun tidak dengan mentalitasnya untuk menang. Fino Alla Fine!

La Vecchia Signora tinggal punya Coppa Italia agar musim ini tidak berlalu dengan hampa gelar. Tapi mari membicarakan saja sang pembuat gol indah yang jarang-jarang terjadi itu.

Pria yang lahir 16 Februari 1994 ini tidak bakal terlihat lagi di Allianz Stadium atau Juventus Arena musim depan. Kontraknya tak diperpanjang, seperti Paulo Dybala. Sejak kedatangan Vlahovic, proyek Nyonya Tua dikabarkan berubah fokusnya. 

Daya gedor kaki kiri Dybala kini ganti bertumpu pada kecepatan dan ketajaman Vlahovic.  Tapi, dari perubahan fokus proyek ini, siapa yang peduli dengan kaki kiri Bernardeschi?

Bukan Sembarang Riwayat
Pria yang kini berumur 28 tahun bukan sembarang kehadiran. Bergabung di Juventus pada 24 Juli 2017. Artinya dia telah melewatkan 5 musim di Juventus. Musim yang selalu ada gelar, termasuk ketika dilatih pelatih bau kencur, Andrea Pirlo. 

Ia adalah bagian dari cerita dominasi Juventus sebagai juara 3 musim beruntun. Juga bagian dari skuad timnas Italia kala menjuarai piala Eropa 2020. Jejaknya ada di dalam tim yang juara dengan tak banyak riwayat dipinjamkan ke klub di Serie B demi menambah jam terbang bermain.

Tercatat, suami dari Veronica Ciardi hanya pernah dipinjamkan sekali ke Crotone di musim 2013-2014, sebelum kembali ke Fiorentina dan dibeli Juventus. Di klub yang berasal dari kota Firenze ini, dia menghabiskan 10 tahun bermain di tim junior. 

Menurut catatan transfermarkt, musim ini ia sudah bermain 23 kali dengan 1 biji gol di Serie A serta lima kali bermain di liga Champion. Walau penampilannya kebanyakan tidak impresif, namun kehadirannya cukup bermakna di masa-masa sulit. 

Meraih gelar domestik dan bermain di liga Champions secara reguler adalah kemewahan yang tidak diperolehnya selama di Fiorentina. Dua kemungkinan itulah yang mendasari kepindahannya, saya kira, sebagaimana yang diinginkan Federico Chiesa dan Duzan Vlahovic. 

Walaupun keputusan pindah ke musuh bebuyutan, bersama Chiesa lalu kini Vlahovic adalah memenuhi daftar nama yang mengawetkan rasa sakit fans 'La Viola". Seolah menulis ulang kemarahan yang menyertai kepindahan Roberto Baggio dulu. 

Tapi, setiap pesepakbola memimpikan bermain untuk even-even besar di klub dengan tradisi juara.

Bernardeschi bukan saja bisa bermain sebagai penyerang. Ia juga sering dipilih sebagai gelandang sayang, eh maksudnya sayap, karena keseimbangannya dalam bertahan. Bahkan Pirlo pernah mencobanya bermain sebagai left back. 

Federico Bernardeschi | sumber: Football Italia
Federico Bernardeschi | sumber: Football Italia

Di liga Champions, salah satu peran penting pemain yang mendapat julukan Brunelleschi adalah kala Juventus melakukan aksi revans terhadap Atletico Madrid tiga tahin yang lalu. Juventus tengah tertinggal agregat 2:0. 

Kebanyakan pecinta sepakbola lebih melihat momen revans ini sebagai kehebatan lain dari Ronaldo. Semisal melihat pertandingan yang panas itu adalah saksi bagi hattrick pertama CR7 bersama Juventus di liga Champion. 

Sedang Bernardeschi, yang memulai belajar sepakbola di umur 6 tahun, tidak lebih sebagai unit dari sistem yang melayani.

Ternyata Bernardeschi bukan sembarang pelayan, sekurangnya dalam dua aksi. Aksinya yang pertama adalah umpan krosingnya yang disambut Ronaldo dengan sundulan, yang menjadi gol pembuka. Kemudian gol ketiga yang menjadi pamungkasnya datang titik penalti yang disebabkan aksi dribling Bernardeschi di kotak 16.  

Juventus bukan saja berhasil menang 3 gol di Turin, namun juga mengabadikan nasib buruk coach Diego Simeone kala bertemu tim yang diperkuat Ronaldo. 

Kenangan akan revans yang juga diwarnai selebrasi kurang senonoh Ronaldo bisa disimak lagi dalam video di bawah ini. 


Sependek penelusuran di Wikipedia,Federico Bernardeschi memulai debut profesionalnya di usia 19 tahun di Serie B. Sedang debutnya di Serie A dimulai pada 14 September 2014 berusia 20 tahun saat La Viola bermain imbang 0:0 dengan Genoa. 

Sementara karirnya di timnas Gli Azzurri sudah dimulai sejak kategori umur U-18. Puncaknya adalah menjuarai piala Eropa edisi 2020 bersama timnas senior.

Bernardeschi telah mencapai 100 penampilan bersama Juventus pada 4 Juli 2o2o. Sepanjang perjalanan ini, kehadirannya pria dengan tatto yang memenuhi lengannya ini memang tidak sesentral duet Chiellini-Bonucci di belakang. Walau begitu, dia terbukti bisa memberi kejutan pada pertandingan penting. 

Dengan perubahan fokus proyek, Bernardeschi akan memulai perjalanannya yang baru. 

Di ranah domestik, dengan status gratisan, jasanya dikaitkan dengan AC Milan dan Inter--rival sekota yang kini bersaing merebut scudetto. Stefano Pioli disebut-sebut begitu menginginkan jasanya (Indosport). 

Namun di Inter, ada sosok Marotta yang dulu membawanya ke Juventus dari Fiorentina di tahun 2017. Marotta masih ingin menggunakan bakatnya.

Sejauh ini, namanya masih mengorbit di perburuan klub-klub papan atas Serie A. Namanya tidak terjun bebas sebagai target klub-klub semenjana alias masih dipandang kompetitif.

Apapun itu, perpisahannya di Juventus adalah sebuah pesan. 

Dengan caranya, si babang tamvan telah mengingatkan pada standar perilaku yang selalu harus dipegang oleh siapa saja. Terutama ketika berada dalam perpisahan sesudah tahun-tahun yang mesra. 

Atau barangkali sedang sesak nafas berjibaku dengan datangnya senjakala dalam karir yang pasang surutnya seturut dengan disiplin industrial yang tak jarang begitu bengis.

Lord Bernardeschi telah menunjukan pesan itu. Yakni: Tetaplah berdaya guna, walau bakal dibuang juga!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun