Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yang Bikin Saya Trauma di Kompasiana

1 Desember 2021   21:44 Diperbarui: 1 Desember 2021   22:34 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waduh. Separah apa kemungkinan menimbulkan dampak kurang baik itu? Apakah bapak menteri memiliki akun di sini? Atau yang punya toko? Atau si ibu, si gadis di kasir, si bapak yang bayar tagihan? Kaget pakai syok dong sayanya. Seamatir-amatir mengisi lapak di sini... 

Keringat dingin mungkin pelan-pelan merayapi pangkal leher yang hampir setahun tak dihajar terik matahari Katingan. Entahlah, saya gak nanya juga ke dianya. Persoalannya dimana sih? Judulnya? Gambarnya yang gak mewakili realita? 

Walau kaget, status terkejut saya berbeda dengan nasib artikel calon admin dunia akhirat bernama Pebrianov. Artikelnya menjelang Kompasianival mendadak menderita Jailangkung Syndrome: datang tak ditunggu, ngilang tak pamitan itu. 

Tak cukup sampai lima menit juga, pemberitahuan yang intinya bilang sudah ditinjau, berhasil ditayangkan. Syukurlah. Feeling saya memang tak ada yang sensitif di sana. Toh isinya mengolok diri sendiri yang sok spekulatif. 

Satu-satunya yang jelas di perasaan saya, admin yang sedang patroli cukup perhatian. Gak pernah nanya kabar di kolom artikel. Lebih-lebih di inbox. Tiba-tiba kirim sinyal SOS, bukan apa namanya kalau lagi kangen? Egh.

Bentar, biar kamu tak asal menebak. Simak dulu Ingat Kamu-nya tante Dina Mariana. 


Setidaknya frasa DITINJAUULANG menunjukan jika saya masih diingatkan. Terima kasih perhatiannya ya. 

Masalahnya, ini yang admin gak tahu dan sudah lama saya berjuang untuk melupakan kegetirannya. Bertahun-tahun sudah. Memang tak banyak saksinya. Lebay mungkin, tapi bukan mengada-ada. Dan di atas semuanya kawan, kegetiran tetaplah kegetiran.

Pernah sekali waktu di masa lalu yang penuh hingar bingar, tulisan humor yang baru tayang langsung lenyap dari beranda. DIHAPUS dengan peringatan keras bahwa isinya TIDAK ORISINIL. Padahal itu humor perdana saya. 

Berharap boleh bikin umat Kompasiana ketawa sebentar karena tengkar politik yang makin aneh. Apa daya. Memang sih isinya dikembangkan dari pesan berantai grup Whatsapp. Gak kreatif. Tapi, ya itu tadi, orang baru juga belajar cari muka di kanal humor, sudah kena skak mat!

Sudah gagal lucu, dimakan "trauma" pula. Lemaah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun