Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yang Bikin Saya Trauma di Kompasiana

1 Desember 2021   21:44 Diperbarui: 1 Desember 2021   22:34 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Admin | Pribadi

Tulisan HUMOR, lebih tegas lagi HUMOR FAKTUAL alias berdasar KEJADIAN NYATA, telah saya pendam selama 24 jam. Ceritanya tentang seorang ibu yang masuk Alfamart tanpa alas kaki di bawah gerimis, di depan kebingungan saya.

Dalam keterpendaman itu, pikiran saya selalu gelisah. Mau makan, gelisah. Pas lagi di jalan, gelisah juga. Mau yang itu, gelisah. Yang ini, sama gelisahnya. Gak ada bedanya saya sama lagunya Dina Mariana, Ingat Kamu. 

Pasalnya apalagi kalau bukan karena idenya masih abstrak, belum berkata-kata-kalimat-paragraf hingga sampai ke ruang baca yang kelak saya baca lagi, dan kenang-kenang lagi di masa depan. Kegelisahan ini menyiksa, sungguh. Siksaan yang tak mungkin dimengerti lelaki yang jatuh di sebatang kayu dengan selangkangan mendarat lebih dahulu. 

Makanya jika ada yang mampu konsisten menunaikan One Day, One Article! seperti Opa Tjipta itu hanya bekerja pada mereka di level paska-maestro. 

Konsistensi menulis saya bukan saja bertarung di level kandidat degradasi. Namun juga mut-mut-an, tapi bukan diemut terus jadi setan lho ya. Itu kelakuan Dkils sebelum jadi juragan Fruit Star.

Bahkan untuk menulis ulang satu peristiwa yang barusan kejadian dan masih hangat-hangat tai ayam di ingatan saja, saya membutuhkan pengkondisian lahir batin yang tidak sebentar. Apalagi menulisnya dalam salah satu genre sulit di seluruh penjuru dunia.  

Maksud saya, menulis artikel untuk kanal humor membutuhkan latihan yang beratus kali dicoba belum tentu gergeran. Dalam kasus saya, lebih sering dicoba makin memuakan, jijai. Makin dipaksa-paksa lucunya. Celakanya, andaipun yang baca ketawa terkaing-kaing atau sebaliknya, siapa yang pernah tahu?

Itulah sebabnya, ketika tulisan itu rampung dan tayang, legalah seluruh tulang penopang paru-paru dan syaraf-syaraf kelabu di kepala. Pagi ini, saya masih lolos lagi dari lubang degradasi. Walau dari 10 K'ners yang ngasih vote, tak ada seorang pun memilih MENGHIBUR. Tuh, kan. Lucunya dimana?! 

Eh, tak sampai lima menit, terbit notifikasi merah. Langsung dari admin. Isinya itu.  

Humor yang mengolok-olok diri sendiri itu ternyata harus DITINJAU ULANG sebelum tayang. Walau alasannya SEKADAR MEMASTIKAN, tetap saja kalimat ikutannya positif mengandung horor: TIDAK MENIMBULKAN DAMPAK YANG KURANG BAIK BAGI INTERAKSI DI KOMPASIANA. 

Waduh. Separah apa kemungkinan menimbulkan dampak kurang baik itu? Apakah bapak menteri memiliki akun di sini? Atau yang punya toko? Atau si ibu, si gadis di kasir, si bapak yang bayar tagihan? Kaget pakai syok dong sayanya. Seamatir-amatir mengisi lapak di sini... 

Keringat dingin mungkin pelan-pelan merayapi pangkal leher yang hampir setahun tak dihajar terik matahari Katingan. Entahlah, saya gak nanya juga ke dianya. Persoalannya dimana sih? Judulnya? Gambarnya yang gak mewakili realita? 

Walau kaget, status terkejut saya berbeda dengan nasib artikel calon admin dunia akhirat bernama Pebrianov. Artikelnya menjelang Kompasianival mendadak menderita Jailangkung Syndrome: datang tak ditunggu, ngilang tak pamitan itu. 

Tak cukup sampai lima menit juga, pemberitahuan yang intinya bilang sudah ditinjau, berhasil ditayangkan. Syukurlah. Feeling saya memang tak ada yang sensitif di sana. Toh isinya mengolok diri sendiri yang sok spekulatif. 

Satu-satunya yang jelas di perasaan saya, admin yang sedang patroli cukup perhatian. Gak pernah nanya kabar di kolom artikel. Lebih-lebih di inbox. Tiba-tiba kirim sinyal SOS, bukan apa namanya kalau lagi kangen? Egh.

Bentar, biar kamu tak asal menebak. Simak dulu Ingat Kamu-nya tante Dina Mariana. 


Setidaknya frasa DITINJAUULANG menunjukan jika saya masih diingatkan. Terima kasih perhatiannya ya. 

Masalahnya, ini yang admin gak tahu dan sudah lama saya berjuang untuk melupakan kegetirannya. Bertahun-tahun sudah. Memang tak banyak saksinya. Lebay mungkin, tapi bukan mengada-ada. Dan di atas semuanya kawan, kegetiran tetaplah kegetiran.

Pernah sekali waktu di masa lalu yang penuh hingar bingar, tulisan humor yang baru tayang langsung lenyap dari beranda. DIHAPUS dengan peringatan keras bahwa isinya TIDAK ORISINIL. Padahal itu humor perdana saya. 

Berharap boleh bikin umat Kompasiana ketawa sebentar karena tengkar politik yang makin aneh. Apa daya. Memang sih isinya dikembangkan dari pesan berantai grup Whatsapp. Gak kreatif. Tapi, ya itu tadi, orang baru juga belajar cari muka di kanal humor, sudah kena skak mat!

Sudah gagal lucu, dimakan "trauma" pula. Lemaah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun