Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki yang Ketika Dia Tersenyum...

9 Februari 2021   13:41 Diperbarui: 13 Februari 2021   08:04 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kolam Biku, desa Tampelas, Katingan, Kalteng | Dok. Pribadi

- kepada Mang Agus

1/
Sungai dan kegelapan sepi berwarna biru itu
menyambutku dengan masa lalu yang terluka.
Masa kini seperti jalan panjang dari kutukan.

Ada banyak ingatan tak pernah
benar-benar bebas. Hidup serasa keterjagaan panjang
dari trauma akan mimpi buruk.

Lelaki itu, memberiku sebuah tempat,
dan hati yang ramah. "Kamu anak muda, jauh
dari rumah. Rindu adalah racun mereka yang lelah."

Berlatihlah tidur beralas tikar dan pikiran yang berjaga,
di antara dinding papan, rumah tua dan jiwa yang
menyenangi kesendirian.

Kamu harus belajar terbiasa, lagi katanya.
Keputusan-keputusan gagah tidak diciptakan
dari perjalanan sederhana. Atau melayani pilihan
yang ingin menyenangkan kepalsuan.

Dan belajarlah tersenyum,
Sebab dunia tak pernah baik-baik saja.

2/.
Dia telah pergi dari kampungnya yang jauh
demi perburuan: hutan, kayu dan sedikit lembar biru.

Usianya masih terlalu muda,
tapi ia ingin mengambil semua kesulitan
yang ditanggung ibu bapaknya.

Ia memilih menarik gelondongan kayu,
dan menunda-nunda rindu. Kepada ibu,
kepada masa remaja dan kampung halaman.

Melewati bertahun lama, bertahun kesedihan!

3/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun