Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Matthijs de Ligt dan Juventus Mazhab "Sarriball"

19 Juli 2019   10:56 Diperbarui: 20 Juli 2019   08:45 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khusus tentang de Ligt, kata-katanya yang saya kutip sebagai pembuka dia atas mencerminkan kualitasnya sebagai pribadi yang selalu siap menghadapi segala macam konsekuensi di kultur yang baru. Dia memang adalah pemimpin anak-anak muda Ajax yang cemerlang di musim kemarin. Dia memimpin mereka menghentikan langkah Real Madrid dan Juventus di Champions League. 

Tapi di Italia, de Ligt adalah sejarah baru sebagaimana dikatakan Tempo. 

Anak muda 19 tahun ini akan memulai perjalanan sejarah pemain bertahan yang tidak banyak tertulis atas Negeri Kincir Angin. Memang pernah ada Jaap Stam yang bermain di Lazio dan Milan tapi itu terjadi di usia yang sudah menuju habis. Atau ada cerita Rick Karsdorp dan Stefan De Vrij yang bermain di posisi yang sama, namun produk Feyenoord ini tidak datang ke Italia dengan track record secemerlang de Ligt. 

Mengacu pada kata-kata de Ligt yang penuh optimisme di atas, kita bisa melihat semacam "warning" jika dalam diri anak muda peraih Golden Boy Award (2018-2019), berkompetisi adalah syarat kunci mencapai level tertinggi perkembangan diri.

Apa yang menjadi momen terbaik atau sebaliknya dalam sepak bola adalah jalan proses yang wajar. Termasuk ketika seorang pemain sepak bola menjadi kecintaan pun sebaliknya, selalu ada fase dimana "Selamat Tinggal" kelak diucapkan. 

Kata-kata yang seperti ini, yang muncul dari jiwa anak muda seperti de Ligt menunjukan kemampuan dari karakter yang tidak mudah larut dalam suasana. Seperti mengatakan, dipuji tak terbang, dicaci tak tumbang. 

Sungguh sebuah kematangan yang patut diacungi jempol. Oleh karenanya, saya kira, kesadaran seperti ini akan selalu membawa de Ligt berada di Starting Eleven Juventus pada musim-musim yang akan datang. Dan terbuka jalan menjadi penerus dari peran kunci jantung dipertahanan. Kita tunggu saja! 

Selanjutnya, sebagai dampak ikutan dari datangnya energi muda nan segar dalam tubuh de Ligt, Ramsey dan Rabiot, semua Juventini jelas berharap tinggi dengan Juventus musim 2019-2020. Seperti apa gaya bermain atraktif nan agresif Sarri-ball bukan saja membuat betah pandangan mata dan decak kagum setiap saat. 

Yang tak kalah pentingnya, kami menyaksikan Juventus yang berisi keyakinan dan rasa ngeri dimana-mana. 

Mungkin seperti Barcelona dalam satu dasawarsa terakhir. Atau setidaknya, Liverpool edisi Gegenpressing Klopp di musim kemarin. Juventus yang mampu menghancurkan siapa saja di daratan Eropa. 

Kami jelas sudah lelah dengan superioritas domestik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun