Tropi Kuping Besar adalah satu-satunya tropi bergengsi yang belum diangkat Buffon selama pengabdian panjangnya di Juventus.
Dalam artikel amatiran berjudul [Ngawur] Memaknai Kekalahan Juventus, saya telah mencurigai sebab sistemik kegagalan itu karena iklim kompetisi Serie A yang datar. Juventus terlalu dominan dalam 6 musim beruntun sejak diasuh Conte lalu Allegri dan dua kali keok di laga pamungkas Liga Champions dalam dua kesempatan yang berdekatan. Juventus lantas disindir sebagai tim tanpa "DNA Liga Champions" oleh Milanisti.
Perkara tambahan dari keok-nya Juventus di Eropa adalah sejarah Juventus sebagai penyuplai pemain ke tim nasional. Peran penyuplai yang membuat klub yang baru merayakan 120 tahun usia ini dijuluki sebagai La Fidazanta d'Italia alias kekasihnya Italia selain AC Milan. Jelas gegabah mengaitkan langsung lemahnya daya saing Eropa dari Juventus dengan kegagalan tim nas, namun jika barisan pertahanan masih mengandalkan kepiawaian trio B+BBC dan terlihat gugup bin gagap di lini tengah paska-Pirlo, apa artinya?
Skuad Ventura yang memble tadi subuh sudah tidak didominasi pasukan dari dua penguasa Serie A ini. Eksperimennya dengan 4-2-4 bukan saja gagal melahirkan Italia yang offensif. Sebaliknya malah berakhir dengan tragis, menyusul Belanda. Walau begitu, salah satu warisan penting Ventura adalah pilihannya mendorong nama-nama segar yang sedang bersinar di liga domestik.Â
Mereka masih butuh waktu dan pelatih yang tepat. Orang itu jelas bukan Ventura.
"I'm sorry that my final game coincided with us not qualifying for the World Cup. I am not sorry for myself but all of Italian football. We failed at something which also means something on a social level. There's regret at finishing like that, not because time passes."
Ini kata-kata perpisahan dengan berlinang air mata Super Buffon yang akan menuju pensiun. Menjadi Legenda memang tak melulu berakhir bahagia, Mblo!
***Â