Pada film ini, saya juga mencerna jikalau tindakan-tindakan heroik tidak melulu berangkat dari keberanian yang konstan. Ada ketakutan, ada kecemasan, dan, pengharapan pada pertolongan Tuhan. Sekali lagi, oleh Fury, saya melihat heroisme yang getir. Bahwa heroisme tidak melulu monopoli orang berani. Heroisme bisa dihidupkan dari orang-orang yang memiliki riwayat perang bersama atau karena "terjebak" pada kondisi ekstrim yang sama tanpa harus memiliki nyali yang sama.
Perang juga memaksa manusia melampaui ketakutannya, dan dengan begitu, menjemput mati atas nama sesuatu yang abstrak, seperti Nasionalisme misalnya. Atau justru, jangan-jangan pada sesuatu yang abstrak itu, heroisme menemukan panggilan sucinya.
Perang sebagai perang, bukan sebagai ujung dari diplomasi politik yang buntu, pada akhirnya tidak lagi peduli dengan benar salah. Perang adalah ihwal membunuh atau dibunuh !.
Entahlah.
***
Sinopsis film Fury .
Ulasan situs antaranews.com tentang Fury .
Berita republika.co.id tentang Fury .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI