Budaya lokal tidak bisa lepas ketika kita membicarakan tentang keberagaman nilai budaya dan keagamaan yang berkembang di indonesia sejak berpuluh-puluh tahun lamanya dan masih terus eksis pada era milenial dan globalisasi seperti saat ini. Sebelum hadirnya dakwah islam yang dibawa oleh para wali (Walisongo), masyarakat indonesia di jawa terutama yang beragama hindu adalah pemeluk yang taat dan kental akan budaya jawa dengan nuansa Hinduisme. Itu sebagai tanda bahwa jauh sebelum islam datang,masyarakat nusantara telah memiliki budaya dan tradisi yang sangat di jaga. Oleh karena itu, walisongo hadir membawa islam dengan meng akulturasi kan budaya dan tradisi masyarakat nusantara dengan ajaran islam yang tentunya tidak keluar dari koridor syariat islam. Pendekatan yang dilakukan oleh walisongo yaitu melalui pendekatan yang berperadaban dengan tradisi yang sudah ada,sehingga islam yang mereka bawa dapat menyatu dengan tradisi dan budaya masyarakat nusantara. Karena kearifan para ulama dan wali yang sangat menghormati tradisi dan budaya,adat istiadat bahkan agama setempat,islam dicoba untuk di selaraskan dengan ajaran islam,karena itu tidak sedikit tradisi yang kemudian di jadikan sarana penyiaran islam.
    Setelah islam berkembang luas di indonesia,NU hadir sebagai salah satu organisasi masyarakat keislaman yang berkar dan bersumber pada akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaa'ah nya Imam Asy'ari dan Maturidi. Teologi bercorak Asy'arian dan Maturidian ini cenderung mengkomodir tradisi keagamaan yang berkembang di tengah masyarakat islam indonesia. Tradisi keagamaan yang sampai saat ini masih berkembang dan terus eksisi diantaranya adalah tahlilan,yasinan,manaqiban,maulidan,kenduren,hadiah doa,ziaroh kubur dan lain sebagainnya yang sudah mendapat tempat tersendiri dalam teologi Asy'ariyah dan Maturidiyah. Budaya NU adalah tradisi yang berkembang di tengah masyarakat dan tradisi yang berkembang di masyarakat adalah karakter islam nusantara sebagai ciri khas warga NU.Â
    Hal ini juga tercermin pada kehidupan sehari-hari warga desa Tempeh Lor,Kecamatan Tempeh,Kabupaten Lumajang yang sampai sekarang masih menjalankan tradisi ke-NU-an tersebut. Diantara nya adalah kegiatan tahlilan yang diadakan serentak oleh satu kelompok atau kumpulan warda desa ketika ada salah satu warga yang meninggal dunia, Tradisi ini di jalankan bertujuan untuk mendoakan dan mengirim doa kepada mayyit yang biasanya dihadiri oleh para pemuka agama dan kaum laki-laki. Di desa ini setiap mimggunya rutin menjalankan tradisi-tradisi Ke-NU-an mulai dari tingkat remaja,ibu-ibu,bapak-bapak,sampai lansia semuanya aktif dan semangat merawat tradisi tersebut. Bagi para remaja ada kegiatan Khotmil dan istighotsah,bagi kalangan ibu-ibu ada kegiatan manaqiban dan kalngan bapak-bapak dengan kegiatan tahlil,istighotsah dan pengajiannya.
Sekian dari saya sebagai penulis,mohon maaf apabila ada kesalahan dan semoga bermanfaat...
    Â