Sugar coating biasanya digunakan demi keuntungan tertentu: mempercepat karier, mencari simpati, atau menghindari konflik. Dasamuka pun melakukan hal serupa, hanya skalanya lebih besar: demi memenuhi ambisi dan nafsunya.
3. Efek manipulatif.
Baik sugar coating maupun cara Dasamuka sama-sama berisiko menjerat orang lain dalam situasi yang merugikan. Kata-kata manis bisa menipu, membuat orang terlena, dan pada akhirnya menimbulkan kerugian.
Perbedaan yang Mendasar
Meski ada persamaan, ada perbedaan penting antara sugar coating dan Dasamuka:
Sugar coating modern sering kali tidak bermaksud jahat. Ia lebih kepada strategi komunikasi, meskipun kadang berlebihan.
Dasamuka jelas menggunakan kata-kata untuk menutupi niat buruk yang mendasar. Tujuannya bukan sekadar mencari simpati, melainkan menguasai dan merampas.
Artinya, jika sugar coating ibarat "gula berlebih" yang membuat enek, maka Dasamuka adalah "gula beracun" yang bisa mematikan. Ia bukan hanya memaniskan kenyataan, tetapi juga membungkus keburukan dengan lapisan kata-kata manis.
Pelajaran untuk Dunia Kerja
Mengaitkan sugar coating dengan tokoh Dasamuka memberi kita pelajaran penting. Di kantor, tentu saja kita perlu komunikasi yang baik. Namun, komunikasi yang terlalu manis tanpa kejujuran bisa merusak kepercayaan. Rekan kerja yang terlalu sering memoles kata-kata akan kehilangan kredibilitas.
Dasamuka memberi gambaran bahwa manipulasi dengan bahasa mungkin berhasil sesaat, tapi tidak bertahan lama. Pada akhirnya, kebohongan dan tipu daya akan terbongkar.Â