Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Kolaborasi Guru dan Siswa dalam Menyiapkan Taman Literasi Sekolah

26 September 2025   04:46 Diperbarui: 26 September 2025   16:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep taman literasi sendiri kini tengah digalakkan di banyak sekolah. Tujuannya sederhana: menghadirkan ruang terbuka yang mengundang siswa untuk membaca dan mengekspresikan diri. Alih-alih hanya mengandalkan perpustakaan formal, taman literasi diharapkan menjadi titik temu antara pengetahuan dan rekreasi.

Bagi siswa, keberadaan taman literasi memberikan pengalaman belajar berbeda. Mereka bisa membaca di bawah pohon rindang, mendiskusikan buku bersama teman, atau sekadar menikmati suasana sambil dikelilingi karya seni yang mereka hasilkan sendiri.

“Kalau belajar di luar kelas lebih menyenangkan. Kita bisa membaca sambil duduk santai, tidak tegang seperti di dalam kelas,” ujar salah satu siswi yang tengah menunggu cat di capingnya kering.

Menanam Nilai dalam Proses

Lebih dari hasil akhir berupa taman literasi yang indah, nilai utama dari kegiatan ini sesungguhnya terletak pada prosesnya. Guru dan siswa bekerja sama tanpa sekat, sama-sama memegang kuas, sama-sama terkena cipratan cat, sama-sama merasakan lelah sekaligus bahagia.

Di sana, tercermin nilai gotong royong yang semakin jarang ditemui dalam kehidupan modern. Siswa belajar bahwa menciptakan sesuatu yang bermanfaat membutuhkan usaha bersama. Mereka juga belajar menghargai setiap peran, sekecil apa pun kontribusi itu.

Proses inilah yang menjadikan literasi sebagai bagian dari pendidikan karakter. Membaca dan menulis mungkin bisa dilatih di kelas, tetapi empati, kolaborasi, dan rasa memiliki hanya bisa tumbuh melalui pengalaman nyata seperti ini.

Kebersamaan sederhana yang menumbuhkan makna besar: literasi adalah kehidupan yang indah bila dikerjakan bersama. (Sumber: Dok.Pribadi/yatmiati) 
Kebersamaan sederhana yang menumbuhkan makna besar: literasi adalah kehidupan yang indah bila dikerjakan bersama. (Sumber: Dok.Pribadi/yatmiati) 

Harapan ke Depan

Sekolah berharap taman literasi yang tengah dipersiapkan dapat menjadi pusat kegiatan siswa. Tidak hanya membaca, tetapi juga menulis, berdiskusi, hingga menggelar pameran kecil dari karya-karya kreatif mereka.

Taman literasi juga diharapkan mampu menumbuhkan budaya literasi yang lebih luas, tidak terbatas pada buku teks pelajaran. Dengan dukungan guru, siswa bisa mengenal beragam bacaan, dari cerita rakyat hingga buku sains populer, dari artikel opini hingga puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun