Refleksi: Belanja dengan Nilai
Bagi sebagian keluarga, datang ke Pasar Way Halim hanyalah aktivitas rutin. Jarak yang dekat, sekitar lima kilometer dari rumah, membuat pasar ini menjadi pilihan utama untuk belanja harian. Namun, di balik aktivitas sederhana membeli ikan, menggiling daging, atau membawa pulang kopi giling, tersimpan nilai besar tentang transformasi pasar rakyat.
Pasar ini menunjukkan bahwa belanja di pasar tradisional tidak harus identik dengan ketidaknyamanan. Dengan komitmen dan standar yang jelas, pasar rakyat bisa hadir dengan wajah baru, menjadi kebanggaan kota, sekaligus motor penggerak ekonomi lokal.
Penutup
Pasar Way Halim adalah contoh nyata bagaimana pasar tradisional bisa naik kelas. Dengan sertifikat SNI, pasar ini tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, tetapi juga menghadirkan rasa aman, nyaman, dan membanggakan.
Di tengah gempuran modern retail, wajah baru pasar tradisional seperti Way Halim adalah harapan. Bahwa belanja di pasar bukan hanya tentang harga murah atau kelengkapan barang, tetapi juga tentang menjaga identitas, memperkuat ekonomi lokal, dan merawat ruang sosial budaya yang menjadi denyut kehidupan kota.
Dengan langkah-langkah nyata ini, Pasar Way Halim layak disebut bukan lagi sekadar pasar rakyat, melainkan ikon baru Kota Bandar Lampung yang sudah berstandar nasional.
Gimana menurut kalian, Kompasianer? Keren kan pasarku?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI