Tidak kalah menarik, ada blok non-makanan yang menjual pakaian, alat rumah tangga, peralatan dapur, dan kebutuhan harian lainnya. Blok ini menambah variasi pasar dan memungkinkan pengunjung berbelanja berbagai keperluan tanpa harus pergi ke pusat perbelanjaan modern.
Dengan pembagian blok yang rapi, Pasar Way Halim berhasil menghadirkan suasana pasar tradisional yang tertata, hidup, dan ramah bagi semua pengunjung, dari pedagang hingga pembeli yang datang dari berbagai kalangan.
Pasar Tradisional Naik Kelas
Kehadiran pasar ber-SNI mengirim pesan penting: pasar tradisional tidak kalah dengan modern retail. Dengan standar kebersihan, keamanan, dan kenyamanan yang terpenuhi, pasar rakyat mampu bersaing, bahkan menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki supermarket: kehangatan interaksi sosial.
Di pasar ini sebagaimana pasar tradisional lainnya, pembeli bisa tawar-menawar, bercengkerama dengan pedagang, atau sekadar bertukar kabar tentang keluarga. Nilai ini yang membuat pasar tradisional lebih dari sekadar ruang ekonomi. Ia adalah ruang kebudayaan yang memelihara ikatan sosial masyarakat.
Pasar Way Halim membuktikan, dengan tata kelola yang baik, pasar tradisional bisa naik kelas tanpa kehilangan identitasnya. Tradisi tetap hidup, modernitas hadir, dan keduanya bisa berdampingan.
Catatan yang Masih Perlu Dibenahi
Meski sudah meraih SNI, masih ada pekerjaan rumah yang menanti. Pengelolaan sampah belum sepenuhnya optimal, dan sistem hydrant pemadam kebakaran masih dalam tahap penyempurnaan. Namun, dibanding kondisi beberapa tahun lalu, kemajuan yang dicapai sangat signifikan.
Pemerintah daerah bersama pengelola pasar terus mendorong perbaikan. Harapannya, Pasar Way Halim bisa menjadi model bagi pasar-pasar lain di Lampung dan daerah lain di Indonesia.