Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Janji Setia Seorang Perempuan: Kisah Kesetiaan yang Tak Pernah Luntur

2 September 2025   12:09 Diperbarui: 2 September 2025   12:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang perempuan sepuh duduk di beranda rumah sederhana, melambangkan kesetiaan dan keteguhan hati (Sumber: Dok. Pribadi/dibuat dengan AI)

Kesetiaan sering kali terdengar indah ketika diucapkan di pelaminan atau dalam janji suci pernikahan. Dua insan berikrar akan saling mendampingi, berbagi suka duka, hingga maut memisahkan. Namun, tidak semua orang mampu benar-benar menjaga janji itu sepanjang hidup. Ada yang goyah di tengah perjalanan, ada pula yang memilih membuka lembaran baru. Itu manusiawi.

Namun, di antara banyak cerita, ada satu kisah nyata yang begitu menggetarkan hati saya - kisah kakak ipar saya sendiri, Mak Poh Tun, begitu anak-anak kami memanggilnya. Seorang wanita berusia sekitar 65 tahun yang tinggal di Magetan, Jawa Timur. Pernah, ia menetap beberapa bulan bersama kami di Bandar Lampung, tetapi akhirnya memilih kembali ke rumah lamanya di Magetan - rumah sederhana yang kini sudah diperbaiki.

Di sanalah ia tetap bertahan, menyimpan dan merawat kenangan bersama anaknya, sekaligus menata hidupnya sendiri dengan ketabahan. Ia adalah sosok sederhana yang membuktikan bahwa kekuatan seorang perempuan tidak hanya ada dalam cerita, melainkan nyata hadir dalam kehidupan sehari-hari.

Awal Kehilangan

Rumah tangganya hancur bukan karena maut, melainkan karena pilihan pahit: suami yang ia cintai memilih pergi bersama wanita lain. Luka itu begitu dalam, terlebih saat anaknya masih balita dan sangat membutuhkan sosok ayah. Dunia seakan runtuh, tapi ia tidak punya banyak waktu untuk meratapi nasib. Ada anak yang harus tumbuh, ada hidup yang harus diteruskan.

Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menjalani hidup seorang diri. Bukan karena tidak ada lelaki lain yang mendekat - banyak yang mencoba mengajaknya membina rumah tangga baru- tetapi karena ia sudah terlanjur trauma. Hatinya memilih untuk menutup pintu. Yang terpenting baginya hanyalah mendidik dan membesarkan anaknya.

Dalam kondisi itu, banyak orang mungkin memilih mencari sandaran baru. Tidak sedikit perempuan muda yang kehilangan pasangan akhirnya menikah lagi demi stabilitas hidup dan masa depan anak. Itu wajar. Namun, kakak ipar saya memilih jalan yang berbeda. Ia menolak setiap ajakan laki-laki yang ingin membina rumah tangga dengannya. Bukan karena tidak ada yang mau, melainkan karena hatinya sudah cukup terluka dan ia tidak ingin mengulang luka yang sama.

Baginya, cinta masa lalunya sudah selesai. Yang tersisa kini adalah kesetiaan pada dirinya sendiri, pada anak yang ia besarkan, dan pada prinsip hidup yang ia pegang teguh. Ia menganggap suaminya telah tiada, namun cintanya akan tetap ia bawa.

Hidup dalam Kekurangan

Keputusan itu tentu tidak mudah. Hidup harus dijalani dengan segala keterbatasan. Ia tidak punya pendidikan tinggi, tidak punya keterampilan khusus, dan tidak punya warisan harta yang bisa menopang. Untuk bisa bertahan hidup bersama anaknya, ia rela bekerja apa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun