Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pasar Jati Mulyo: Dari Tempel Sederhana Menjadi Simpul Kehidupan 24 Jam

23 Agustus 2025   16:56 Diperbarui: 24 Agustus 2025   10:24 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka sayuran segar dan buah-buahan dijual dengan harga lebih murah membuat pasar ini selalu hidup. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Sebuah kebetulan yang manis-setelah puluhan tahun tak pernah bertemu sejak lulus SMP, akhirnya dipertemukan kembali melalui pasar yang terus hidup dan berkembang.

Dari Pasar Jati Mulyo, sayur itu kembali berpindah tangan: ke pedagang besar, pengecer, bahkan pedagang keliling. Rantai distribusi ini membuat denyut ekonomi rakyat benar-benar terasa, hidup, dan nyata.

Kini, Pasar Jati Mulyo telah bertransformasi menjadi simpul strategis perekonomian warga. Aktivitasnya berlangsung hampir 24 jam, dengan ritme yang berbeda di tiap waktunya.

Lokasi pasar di kanan dan kiri jalan sehingga membuat perjalanan terhambat.(Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Lokasi pasar di kanan dan kiri jalan sehingga membuat perjalanan terhambat.(Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Skala Ekonomi: Potret Pasar di Lampung

Apa yang terjadi di Jati Mulyo hanyalah potongan dari peta besar pasar tradisional Lampung. Data tahun 2022 mencatat ada 118 pasar tradisional di provinsi ini dengan jumlah pedagang mencapai 41.806 orang. Itu artinya puluhan ribu keluarga menggantungkan hidupnya pada denyut pasar.

Pemerintah juga berupaya menghidupkan pasar ini melalui program revitalisasi. Antara tahun 2017-2023, sudah ada 96 pasar tradisional di Lampung yang diperbaiki dengan dana pusat maupun daerah. Salah satunya, Pasar Natar di Lampung Selatan, dibangun ulang di atas lahan seluas 6.462 m², mampu menampung hingga 799 pedagang, dengan anggaran lebih dari Rp46 miliar.

Namun, pertanyaannya: apakah pasar yang direvitalisasi itu selalu ramai?

Kehangatan yang Tak Terganti

Jawabannya tidak sesederhana iya atau tidak. Sebab pasar tradisional punya ruh kehangatan yang sering hilang ketika wajahnya diganti menjadi modern. Secara pribadi, saya merasakan hal ini. Beberapa pasar yang saya kenal, begitu dirombak menjadi bangunan rapi, justru malah sepi pengunjung.

Di Pasar Jati Mulyo, ruh itu masih hidup. Pedagang menyapa pembeli dengan akrab, tawar-menawar berlangsung penuh canda. “Pas, Bu, kalau kurang lagi saya pulang bawa karung kosong,” ujar seorang pedagang sambil tertawa. Pembeli pun tersenyum, akhirnya sepakat di harga tengah. Itu bukan sekadar transaksi, tapi relasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun