Mbak Lily, Penjual Kerupuk Langganan
Dari sekian banyak pedagang, ada satu yang selalu jadi langganan keluarga kami: Mbak Lily, penjual kerupuk dari Pringsewu. Meja jualannya sederhana, hanya ditata dengan beberapa kantong besar berisi kerupuk aneka jenis: kerupuk putih besar, kerupuk bawang tipis, hingga kerupuk ikan khas Lampung dan Palembang,
Setiap kali membeli, Mbak Lily selalu menyapa dengan ramah, “Mau yang biasa atau yang gurih manis, Bu?” Dengan logat khas medhok Ngapaknya, ia menyapa ramah sambil tersenyum hangat.
Momen sederhana itu membuat pengalaman belanja di pasar terasa lebih personal, seakan bukan hanya sekadar transaksi, melainkan juga pertemuan yang menghidupkan kembali kedekatan antarwarga.
Mbak Lily sudah berjualan di Pasar Way Kandis lebih dari sepuluh tahun. Awalnya, ia hanya membawa beberapa kilo kerupuk, tapi kini pelanggan tetapnya semakin banyak. Bahkan, ada yang sengaja datang jauh-jauh hanya untuk membeli kerupuk buatannya.
Bagi kami, membeli kerupuk di lapak Mbak Lily sudah jadi semacam ritual wajib. Kalau lupa beli, rasanya ada yang kurang di meja makan rumah.
Belanja Sekaligus Bersilaturahmi
Pasar Way Kandis tidak hanya tentang transaksi jual beli. Lebih dari itu, ia adalah ruang untuk bersilaturahmi. Di sini, saya bisa bertemu dengan kawan lama, saling bertukar kabar, bahkan sesekali berbincang tentang berita terbaru di kampung atau isu nasional.
Bagi istri saya, pasar juga jadi ruang bertukar resep. Ia sering ngobrol dengan pedagang sayur tentang cara mengolah bahan tertentu agar lebih enak. Kadang, dari obrolan ringan itu, muncul ide menu baru untuk keluarga di rumah.
Setiap kantong belanja yang kami bawa bukan sekadar berisi kebutuhan dapur, tapi juga cerita-cerita kecil yang memperkaya hidup.