Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Pramuka Tetap Evergreen Meski Zaman Berubah?

18 Agustus 2025   14:35 Diperbarui: 18 Agustus 2025   15:24 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Pramuka sebagai ekstrakuriker wajib di sekolah. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Waktu saya ikut kemah dulu, GPS yang kami kenal cuma singkatan "Gampang Pusing Sendiri" kalau nyasar. Kita mengandalkan tanda-tanda alam: arah matahari terbit, bentuk bayangan, bahkan lumut di batang pohon.

Aneh ya, di zaman semua orang mengandalkan peta digital, ilmu ini terasa kuno. Tapi coba bayangkan, sinyal hilang di gunung atau baterai ponsel habis di tengah perjalanan... Di situlah ilmu navigasi manual ini terasa seperti superpower.

Pelajarannya jelas: jangan terlalu tergantung sama teknologi. Karena hidup ini penuh momen di mana kita harus "membaca peta" dengan insting dan pengalaman sendiri.

2. Tali-Temali: Filosofi Koneksi Sosial

Di Pramuka, simpul itu sakral. Ada simpul mati, simpul hidup, simpul jangkar, dan entah berapa lagi yang kadang bikin tangan pegal.

Tapi lihatlah, simpul bukan cuma urusan tali. Simpul itu simbol hubungan kita dengan orang lain.

Kalau simpulnya longgar, ikatannya gampang lepas. Kalau terlalu kencang, malah bikin sakit dan sulit dilepas. Begitu juga dengan hubungan manusia. Ada seni menakar kedekatan, nggak terlalu renggang, tapi juga nggak mencekik.

Dan yang paling penting, kita harus tahu simpul mana yang cocok untuk situasi tertentu. Sama seperti kita memilih cara berinteraksi dengan teman, pasangan, atau rekan kerja.

3. Tri Satya dan Dasa Dharma: Sumpah yang Tidak Kadaluarsa

Banyak orang menganggap Tri Satya dan Dasa Dharma cuma hafalan. Padahal kalau dibaca ulang sekarang, nilainya seperti firmware yang tetap relevan di semua zaman.

"Takwa kepada Tuhan," "Menolong tanpa pamrih," "Hemat, cermat, dan bersahaja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun