Beliau seakan ingin menyampaikan pesan halus bagi pemerintah: jangan biarkan birokrasi memadamkan semangat mengajar. Sebab bagi beliau, menjadi guru bukan sekadar menuntaskan laporan administrasi, tapi panggilan hati untuk mendidik dengan ketulusan.
Rahasia Bahagia Pak Bambang Setelah Pensiun
Namun, Pak Bambang tidak pernah melihat pensiun sebagai akhir.
"Saya cuma pindah panggung," ujarnya dengan senyum yang tak pernah pudar.
Kini, beliau mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang ringan, bermakna, dan bahkan menghasilkan:
- Meningkatkan kualitas beribadah, lebih banyak waktu digunakan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta setelah puluhan tahun sibuk mengabdi.Â
- Membuka kantin kecil di sekolah tempat guru dan siswa bisa menikmati makanan sederhana sambil berbagi cerita.
- Berkebun di rumah, menanam sayuran dan buah-buahan.
- Menikmati rutinitas sederhana, seperti minum teh di pagi hari sambil membaca koran, hal kecil yang selalu membuatnya merasa damai.
"Kalau aktivitasmu menghasilkan, ringan, dan membahagiakan," katanya, "kau tak akan pernah merasa pensiun."
Pesan yang Tinggal di Hati
Sebelum melangkah keluar dari ruang guru untuk terakhir kalinya, Pak Bambang menoleh ke saya dan tersenyum.
"Jaga baik-baik meja itu... dan jaga dirimu."
Kata-kata itu sederhana, tapi menancap dalam di hati. Kini, setiap kali saya duduk di meja itu, saya merasa seolah Pak Bambang masih ada di sana, tidak dalam wujudnya, tapi dalam nilai-nilai yang ia wariskan.
Penutup