Studi Ilmiah: Fleksibilitas dan Dampaknya
Studi di SMA Negeri1 Plered menunjukkan bahwa sistem Kurikulum Merdeka (tanpa penjurusan) mampu meningkatkan kreativitas, motivasi belajar, dan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif.
Penelitian di SMA Negeri3 Surakarta dengan teori PauloFreire menemukan bahwa penghapusan penjurusan juga dapat menyebabkan "dehumanisasi pendidikan," khususnya ketika pengelolaan guru dan sumber daya belum matang.
Rangkaian penelitian ini menunjukkan pentingnya menyeimbangkan antara fokus akademik dan ruang eksplorasi.
Penjurusan Perlu Tapi Tak Selalu Pas
Sistem penjurusan sebenarnya memiliki niat baik: membantu siswa fokus pada bidang yang dikuasai dan diminati. Dengan begitu, siswa bisa belajar lebih mendalam dan efisien. Namun, realitanya tidak sesederhana itu.
Banyak siswa merasa minat dan kemampuannya berada di lintas bidang. Ada yang suka Biologi tapi juga cinta Ekonomi. Ada yang senang Matematika tapi diam-diam menulis puisi. Di sinilah sistem penjurusan kadang terasa terlalu kaku.
Saya Lebih Cocok dengan Sistem Penjurusan
Secara pribadi, saya merasa sistem penjurusan tetap lebih membantu saya belajar secara terfokus. Ketika saya di jurusan IPA, saya bisa mendalami Fisika, Kimia, dan Biologi dengan baik. Tapi ternyata, jalur hidup saya berkembang di ranah IPS. Saya mengambil kuliah di bidang pendidikan, belajar manajemen, dan mendalami pengembangan sumber daya manusia.
Pengalaman ini memberi pelajaran penting: jurusan bukanlah takdir. Ia hanya salah satu rute di jalan panjang kehidupan. Kita tetap bisa berbelok, memutar arah, atau bahkan membangun jalan sendiri jika diperlukan.
Sukses Itu Ditentukan Jurusan?