Mohon tunggu...
Nopri RamadanSulu
Nopri RamadanSulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tugas

Tugas-tugas kuliah ku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pulau yang Sakit

9 Desember 2021   16:25 Diperbarui: 9 Desember 2021   16:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama : Nopri Ramadan Sulu

Sampah, masalah sampah tidak pernah hilang sepertinya di muka bumi ini, banyak dampak atas kelalaian manusia soal sampah yang mengakibatkan bencana-bencana di muka bumi ini tepatnya di Indonesia, banyak sekali titik banjir di Indonesia atas kelalaian manusia.

Keadaan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini masih sangat memprihatinkan. Banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya menjadi salah satu hal penting yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah menjadi salah satu contoh penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang masih belum bisa mengembangkan potensinya terhadap sumber daya alam yang ada, sehingga menyebabkan sumber daya alam Indonesia belum dapat dikelola sendiri. Hal tersebut mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia masih berada pada tingkat yang rendah.

Sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia dan juga negara lain di dunia. Di Nusantara, sampah plastik tak hanya dijumpai di wilayah darat saja, tapi juga sudah menyebarluas ke wilayah laut yang luasnya mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia. Semua pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah plastik yang ada di lautan.

Sebuah fakta bahwa timbunan sampah di Indonesia secara nasional mencapai 200 ribu ton per hari atau setara 73 juta ton per tahun adalah sampah rumah tangga 48 persen, kawasan komersial sebesar 9 persen dan sisanya dari fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, jalan, dan sebagainya.

Perairan di kawasan pulau pari, Jakarta Utara, tercemar sampah, banyak sekali jenis sampah contohnya seperti. Sampah pelastik yang meakaibatkan perairan di kawasan pulau pari menjadi rusak mulai dari tercemarnya air laut, biota laut yang menjadikan ikan-ikan yang hidup menjadi mati dan bahkan tidak ada ikan yang bisa hidup di kawasan pulau pari itu, dan dampak bagi perekonomian warga sekitar di kawasan pulau pari tidak bisa mencari nafkah dari hasil laut tersebut.

Salah satu seorang nelayan di Kawasan Pulau Pari, Edi Mulyono, menuturkan sampah-sampah itu membentang hingga sepanjang sekitar 20 kilometer di sekitar perairan pulai pari. Akibatnya, Edi membatalkan niatnya mencari ikan karena batunya menjauhi tumpukan sampah. Edi menyebut fenomena sampah kiriman di kawasan paerairan Pulau Pari Telah terjadi berulang kali. Sepanjang 2021 ini, Pulau Pari telah tercemar sampah kiriman hingga empat kali. Dan sampah-sampah itu banyak jenisnya tentunya sampah pelastik, dan banyak juga sampah-sampah eceng gondok, hingga batang pohon pisang. “Jenis sampah yang mengapung ada banyak” kata Edi dalam keterangan resmi CNNIndonesia.com terima pada minggu (25/7).

Edi pun merekam sebuah fenomena sampah-sampah yang mengapung mengotori lautan di Kawasan Pulau Pari. Ia menunjukan satu presatu sampah tersebut. Akibatnya Edi membatalkan niatnya mencari ikan karena baruaanya menjauhi tumpukan sampah. “Ikannya ennggak ada,” kata Edi saat dihubungi melalu aplikasi pendek. Edi mendesakar pemerintah DKI Jakarta agar menjaga ekosistem laut. Ia meminta agar warga Jakarta tidak membuang sampah merka ke suangi sebeb, sampah tersebut akan hanyut hingga ke pesisir dan mencemari lautan.

“Laut adalah sumber kehidupan kami sebagai nelayan, tempat kami mencari ikan. Tolong kita sama-sama perhatikan, baik pemprov DKI Jakarta maupun masyarakat Jakarta, kita jaga ekosistem laut dari pencemaran sampah, khususnya plastik.” Kata Edi. Sementara itu, menurut Pengkampanye Wahana lingkungan hidup (Wilahi) DKI Jakarta Rehwinda Naibaho, meski perairan Pulau Pari telah berulang kali tercemar sampah kirimn, hingga saat ini Pemprov DKI Jakarta belum mengambil langkah serius.

Menuut Winda, Jakarta sudah mengalami darurat sampah. Sampah Pelastik, kata Winda, telah mencemari perairan dan pulau-pulau kecul di kawasan Kepuluan Seribu.

Banyak sekali studi menemukan lautan kita penuh dengan sampah Styrofoam sedotan, bahkan menyebut bahwa pesisir Jakarta sudah terpapar mikroplastik.

Cakupan penanganan sampah oleh pemerintah dirasakan sangat rendah. Sampah yang berhasil dikumpulkan oleh petugas kebersihan di Indonesia hanya sekitar 16,7 juta ton per tahun. Di sisi lain, sampah yang tidak terkumpul oleh petugas dinas terkait terhitung sekitar 116 juta ton pertahun, perbedaannya sangat signifikan. Sebagian besar sampah rumah tangga di Indonesia kurang begitu dimanfaatkan dan cenderung diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Faktanya, hanya sebagian kecil dari sampah rumah tangga yang dikonversi menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi lebih, sebagai contoh hanya 7,15 % dari sampah yang terkumpul dikonversi menjadi pupuk. Implikasinya, kebanyakan sampah dikirim ke TPA (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008).

Sampah plastik di lautan dikategorikan sebagai polusi tanpa sumber. Artinya, sampah-sampah tersebut berasal dari berbagai wilayah dan karenanya sulit untuk mengidentifikasi sumbernya. Di dalam video yang direkam oleh nelayan di kawasan pulau pari, sampah yang terbanyak adalah Sampah plastik, sampah plastik sangat mahal dijadikan sampah yang terbuang begitu saja, jikalau masyarakat Indonesia tau akan bahaya sampah plastik untuk bumi ini, mungkin tidak lagi membuang sampah sembarangan, akibat sampah masyarakat Indonesia banyak sekali terdampak bencana.

Menerut saya solusinya adalah. Sebagai dalam memerangi pencemaran plastik di lautan, kita perlu membangun platform terintegrasi bagi para pemangku kepentingan untuk mengawasi dan memperbarui status dan data dasar limbah, baik di daratan maupun lautan. Saat ini, ancaman dan risiko limbah plastik di ekosistem laut tidak dapat diidentifikasi dengan baik karena kurangnya data, termasuk data yang terkait dengan jumlah dan lokasi sampah plastik. Sementara itu, data yang tersedia dikelola oleh berbagai organisasi dan lembaga penelitian dengan kualitas yang beragam, sehingga tidak dapat diolah secara sistematis. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan seperti pemerintah dan perusahaan industri sering kali kesulitan untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang tepat. Jika kita dapat memahami lokasi dan jumlah sampah yang ada, kita dapat menerapkan pengelolaan limbah yang lebih baik, dengan pendekatan preventif maupun reaktif.

Indonesia juga perlu menerapkan pengelolaan sampah plastik yang tepat di daratan, terutama yang dihasilkan oleh rumah-rumah dan kawasan industri. Langkah ini akan mengurangi jumlah sampah plastik di lautan secara signifikan. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah penerapan target nol limbah, yang berarti 90 persen limbah (berdasarkan berat) digunakan untuk daur ulang atau pengomposan sedangkan 10 persen sisanya dibuang ke TPA atau dibakar. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah menerapkan kebijakan dan pendekatan untuk mengendalikan jumlah limbah di daratan, termasuk mendorong perusahaan untuk menggunakan kembali, mendaur ulang, dan mengurangi plastik. Perubahan sistem serta bagaimana kita mengembangkan kerangka kerja bisnis berdampak besar dalam pengembangan inovasi pengelolaan limbah.

Pada dasarnya, diperlukan kolaborasi dan pemahaman antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan masyarakat untuk menerapkan dan membagikan data terintegrasi, model bisnis baru, kebijakan publik, dan investasi teknologi dan infrastruktur guna menciptakan solusi sistematis bagi polusi plastik di lautan. Sudah terlalu banyak sampah plastik. Kita tidak punya banyak waktu lagi.

Di dalam permasalahan ini sangat penting untuk dibenahi agar negeri kita menjadi lebih indah bahkam bukan hanya di tanah air bumi kita menjadi sehat. Mari kita benahi masalah sampah pelastik ini Keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat tergantung pada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan mencapai hasil pembangunan secara optimal. Masyarakat tidak hanya diperlakukan sebagai objek akan tetapi harus dilibatkan secara langsung dalam rangkaian pembangunan, seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Pembangunan sosial menuju masyarakat sejahtera tidak lagi lewat pendekatan sosial yang hanya menangani korban pembangunan.

 

Daftar Pustaka

Cnnindonesia, “Sampah Pelastik Dan Styrofoam Cemari Perairan Pulau Pari, Minggu 25 juli 2021, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210725095703-20-671868/sampah-plastik-dan-styrofoam-cemari-perairan-pulau-pari (diakses pada 1 desember 2021)

Mas dana, “Puseri (program tunai sampah desa mandiri) – inovasi pemberdayaan masyarakat peduli sampah berbasis kearifan lokal sebagai upaya mewujudkan masyarakat sejahtera, 23 mei 2018, https://praharamenulis.blogspot.com/2018/05/program-tunai-sampah-desa-mandiri.html  (Diakses pada 1 desember 2021)

WRI INDONESIA, 3 Cara mengurangi sampah pelastik di Indonesia, 04 September 2019, https://wri-indonesia.org/id/blog/3-cara-untuk-mengurangi-sampah-plastik-di-indonesia

 (1 desember 2021)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun