Apa yang Sebenarnya Mau Kita Capai?
Di sinilah pertanyaan besar muncul: quo vadis, Indonesia? Ke mana arah bangsa ini?
Pendidikan seharusnya diarahkan sesuai dengan cita-cita besar.
Kalau Indonesia ingin jadi negara industri, maka pendidikan harus melatih keahlian teknis, kedisiplinan, dan keterampilan vokasi sejak dini.
Kalau ingin jadi pusat pangan dan energi dunia, maka pendidikan harus menekankan inovasi agrikultur, teknologi ramah lingkungan, dan kemandirian energi.
Kalau ingin jadi kekuatan digital global, maka pendidikan harus menyiapkan anak-anak yang kreatif, adaptif, melek teknologi, dan berani mengambil risiko.
Tetapi, apakah Indonesia sudah menentukan mau jadi yang mana? Atau kita sekadar ingin menjadi semuanya sekaligus tanpa arah yang jelas?
Inilah yang membuat pendidikan kita terasa gamang. Tanpa arah yang kokoh, mutu pendidikan akan terus jadi jargon, bukan kenyataan.
Belajar dari Bangsa Lain
Mari kita tengok sejenak ke negara lain. Finlandia, misalnya, punya arah yang jelas: mereka ingin menjadi bangsa yang menempatkan kebahagiaan warganya di atas segalanya. Maka pendidikan di sana dirancang untuk membuat anak-anak mencintai belajar, bukan tertekan oleh ujian.
Jepang, sejak lama, membangun pendidikannya dengan fondasi etos kerja dan kebersamaan. Tidak heran, meski negeri mereka sering dilanda bencana, mereka tetap bisa bangkit karena manusianya ditempa dengan disiplin dan solidaritas tinggi.
Korea Selatan memilih fokus pada inovasi teknologi. Pendidikan mereka keras dan penuh tekanan, tetapi hasilnya jelas: mereka mampu menembus persaingan global dengan produk teknologi dan budaya yang mendunia.
Pertanyaannya, Indonesia mau seperti apa? Kita punya potensi luar biasa: jumlah penduduk besar, sumber daya alam melimpah, budaya beragam. Tetapi tanpa arah, semua itu bisa menjadi beban, bukan kekuatan.