Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis

Pegiat Literasi Politik Domestik | Kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyingkap Dalang di Balik Penjarahan Rumah Pejabat

31 Agustus 2025   19:50 Diperbarui: 31 Agustus 2025   19:49 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjarahan rumah pejabat (Sumber: Konteks.co.id)

Mengurai Jaring "Avonturir Politik": Para Pemburu Panggung
Avonturir politik adalah karakter yang selalu muncul ketika air keruh. Ibarat bunglon, mereka beradaptasi dengan warna lingkungan, bukan karena keyakinan, tapi karena ingin terlihat relevan.

Di tengah gelombang demonstrasi dan kemarahan publik, mereka adalah orator dadakan yang paling bersemangat, penulis status media sosial yang paling vokal, atau figur yang paling sering muncul di kamera.

Tujuan mereka bukanlah solusi, melainkan sorotan:

  • Panggung dan Citra: Mereka haus akan perhatian, ingin dikenal sebagai "pejuang rakyat" atau "tokoh yang berani."
  • Akses dan Posisi: Saat kekacauan mereda, mereka akan muncul sebagai kandidat potensial untuk jabatan publik, memanfaatkan popularitas instan mereka.
  • Jaringan dan Keuntungan: Keterlibatan mereka adalah investasi. Mereka berharap ini akan membuka pintu pada proyek, lobi, atau koneksi yang menguntungkan.

Para avonturir ini memanfaatkan sentimen negatif publik, menunggangi gelombang ketidakpuasan atas isu-isu seperti kenaikan harga atau janji-janji yang tak kunjung terealisasi. Mereka adalah benalu yang tumbuh subur di tubuh sosial yang sedang sakit.

Membongkar Sel "Conflict Entrepreneur": Sang Arsitek Kekacauan
Di balik para avonturir, seringkali ada sosok yang lebih berbahaya: Conflict Entrepreneur. Mereka bukan sekadar penunggang gelombang, melainkan arsitek badai.

Bayangkan mereka sebagai sutradara di balik layar. Mereka tidak tampil di panggung, tetapi merekalah yang menentukan alur cerita kekacauan:

  • Penyulut Api: Mereka merekrut provokator, menyebarkan informasi palsu, atau menyuntikkan narasi kebencian untuk memantik api kemarahan. Mereka bisa jadi dalang di balik "serangan terarah" ke rumah-rumah pejabat tertentu.
  • Perencanaan Matang: Penjarahan terorganisir, pemilihan target, hingga saat-saat krusial yang paling efektif untuk beraksi. Ini semua adalah bagian dari cetak biru mereka.
  • Panen dari Reruntuhan: Setelah kekacauan pecah, mereka akan muncul sebagai "penyelamat." Mereka menawarkan "jasa mediasi" atau "keahlian keamanan" kepada pihak-pihak yang putus asa. Imbalannya? Proyek, jabatan, atau konsesi politik yang signifikan. Mereka adalah pemulung kekuasaan yang mengais keuntungan dari puing-puing stabilitas.

Kemunculan "Pahlawan Kesiangan"
Dan inilah puncaknya, klimaks dari konspirasi mereka. Setelah segala kekacauan yang mereka rencanakan dan perparah, para avonturir politik dan conflict entrepreneur ini akan mengenakan topeng terakhir mereka: Pahlawan Kesiangan.

Mereka akan muncul dengan gestur prihatin, menyuarakan keprihatinan yang mendalam, dan menawarkan solusi-solusi "brilian" untuk masalah yang sebenarnya mereka bantu ciptakan. 

Mereka akan memposisikan diri sebagai satu-satunya yang bisa meredakan situasi, satu-satunya yang bisa berkomunikasi dengan massa, atau satu-satunya yang memiliki formula "perdamaian."

Dalam kepanikan dan kebingungan, masyarakat, bahkan kadang otoritas, terjebak dalam ilusi ini. Mereka akan diundang ke meja perundingan, diberikan panggung di media, dan perlahan tapi pasti, mereka akan mengklaim posisi atau keuntungan yang selama ini mereka incar.

Waspada, Jangan Tertipu Topeng Kebaikan!
Ketika asap kekacauan mulai mengepul dan berita penjarahan yang anehnya "luput" dari deteksi memenuhi ruang dengar kita, jangan langsung percaya pada narasi permukaan. Selalu ada tangan-tangan tak terlihat yang bekerja di balik tirai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun