Saya mau cerita satu hal yang belakangan bikin saya geleng-geleng sekaligus ngakak. Jadi, saya nulis artikel di salah satu platform. Eh, tak lama kemudian muncul komentar. Panjangnya minta ampun. Serius. Ini komentar bisa dipotong-potong jadi tiga artikel kecil.
Tapi yang paling bikin saya nyaris nyedot kopi lewat hidung adalah bagian akhirnya. Di situ tertulis begini:
"Apakah gaya bahasa ini sesuai keinginan Anda atau ada hal lain yang perlu saya tambahkan untuk memperkaya pembahasan?"
Nah, kalau Anda sudah sering ngobrol sama AI, pasti langsung ngeh: ini mah bukan komentar manusia. Ini komentar chatbot. Lucunya, chatbot-nya lupa nyunting kalimat template itu, jadi ketahuan kalau ini komentar hasil mesin.
Fenomena ini bikin saya kepikiran, kalau komentar saja sekarang hasil chatbot, gimana dengan artikelnya? Jangan-jangan, kita ini sedang hidup di era di mana yang menulis manusia (juga chatbot), yang membalas (juga) chatbot.
Makanya, saya mau kasih bocoran, berdasarkan pengalaman, plus hasil "penyelidikan iseng" tentang ciri-ciri artikel (atau komentar) yang kemungkinan besar ditulis chatbot. Biar kita semua tau dan makin akrab.
1. Bahasa Super Rapi, tapi Rasanya Hambar
Chatbot itu pintar merangkai kata, tanda baca selalu tepat, bahkan koma pun patuh aturan tata bahasa. Tapi entah kenapa rasanya seperti makan nasi tanpa garam. Contoh:
"Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif."
Rapi? Iya. Nyentuh hati? Enggak juga.