Pernikahan, kata orang bijak, adalah perjalanan panjang dua orang yang memutuskan untuk saling menyebalkan seumur hidup. Tetapi tentu kita tidak menikah hanya untuk menyebalkan pasangan, kan?
Kita menikah karena cinta, karena ingin berbagi hidup, dan mari jujur sedikit, karena sudah lelah sendiri.
Namun sayangnya, banyak pernikahan yang berakhir di kantor pengacara atau ruang konseling bukan karena kurang cinta, tapi karena terlalu banyak yang kosong.
Bukan kosong hati, tapi kosong di tiga titik strategis: otak, omong, dan dompet. Yuk kita kupas satu per satu. Santai saja, ini bukan sesi terapi, cuma ajakan bercermin bersama.
1. Otak Kosong: Lupa Bahwa Menikah Itu Butuh Ilmu
Pernikahan itu seperti masak rendang. Niat doang nggak cukup, harus tahu cara ngolahnya. Banyak orang masuk pernikahan dengan modal cinta dan foto prewed, tapi lupa isi otaknya.
Padahal, jadi pasangan hidup itu butuh wawasan: soal psikologi dasar, komunikasi, manajemen konflik, bahkan sedikit ilmu ekonomi rumah tangga. Tapi ya gimana, kalau otaknya dibiarkan kosong, jangan heran kalau rumah tangga cepat panas seperti panci presto.
Lalu, begitu ada masalah, bingung sendiri: "Kok dia berubah, ya?"
Padahal yang berubah bukan pasangan, tapi kamu yang gak upgrade sistem operasi sejak pacaran.
Menikah tanpa ilmu itu seperti naik mobil tapi nggak bisa nyetir. Bisa sih jalan, tapi rawan nabrak.