Kamu bangun pagi, mandi dengan semangat, menyetrika kemeja yang hanya dipakai untuk "acara penting", dan mencetak CV di warung fotokopi sebelah kos. Kamu melamar kerja hari ini.
Perusahaan itu terlihat meyakinkan. Website-nya bersih, logonya elegan, dan mereka memajang kalimat yang selalu bikin hati sedikit berdebar:
"Kami sedang mencari talenta terbaik untuk bergabung bersama kami."
Kamu merasa: mungkin kali ini giliranmu.
Kamu kirim lamaran. Kamu berdoa. Kamu menunggu.
Dan kamu tidak akan pernah dipanggil.
Bukan karena kamu tak layak.
Bukan karena CV-mu jelek.
Tapi karena, jujur saja, mereka tidak sedang benar-benar mencari siapa-siapa.
Lowongan: Antara Nyata dan Nyaris Fiktif
Di zaman ini, membuka lowongan kerja sudah bukan soal kebutuhan. Tapi soal estetika. Citra. Branding.
Seperti memasang bunga plastik di meja resepsionis: tidak mengharumkan ruangan, tapi tampak cantik di foto.
Perusahaan membuka posisi yang tidak akan diisi. Mereka membuka pintu yang tidak akan dibuka sepenuhnya.
Mereka menyalakan lampu untuk toko yang sudah tutup sejak lama.
"Kenapa mereka melakukannya?"
Ah, pertanyaan naif.