Konon katanya, di atas langit ada langit. Tapi di dunia kerja, di atas nasib ada HRD. Mereka adalah para penjaga gerbang suci rekrutmen. Mereka menyortir CV seperti Tuhan menyortir dosa, dan melempar yang tak layak ke neraka bernama: "kami akan hubungi Anda kembali."
Namun sesekali, langit bisa runtuh. HRD, yang biasanya duduk nyaman dengan blazer resmi dan ekspresi netral penuh kuasa, bisa juga mati kutu. Tak berdaya. Terdiam. Bahkan ingin menghilang dari ruang wawancara seperti tab browsing kantor yang ketahuan buka Shopee.
Berikut adalah lima tragedi paling memalukan yang bisa membuat HRD kehilangan mahkota kerajaannya. Lengkap dengan contoh nyata dari dunia fana perekrutan.
1. Ketika Kandidat Terlalu Pintar dan HRD Terlalu Google-Translate
HRD: "Jadi kamu biasa pakai Python ya? Python itu kayak Excel kan, tapi lebih advance?"
Kandidat: "Python itu bahasa pemrograman. Excel itu spreadsheet. Mungkin analoginya kayak membandingkan roti tawar dengan oven."
Zing! HRD terdiam. Google tidak membantunya hari itu.
Fenomena ini sering terjadi saat HRD mencoba bertanya soal teknis, padahal ilmu terakhir yang dia kuasai adalah Microsoft Word dan teori MBTI. Begitu kandidat menjelaskan dengan fasih perbedaan front-end, back-end, AI, API, dan semua kata asing lainnya, HRD pun mulai berpikir untuk pindah profesi jadi barista.
2. Ketika Kandidat Bertanya Balik, dan HRD Merasa Diwawancara
Kandidat: "Boleh saya tahu bagaimana struktur pengambilan keputusan di tim ini? Apakah transparan atau terpusat pada satu individu?"