Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mestinya "Have a Nice Sleep", Tapi yang Terucap "Rest in Peace"?

9 Desember 2019   16:51 Diperbarui: 9 Desember 2019   17:13 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelayanan pramugari terhadap penumpang kelas bisnis di pesawat Garuda Indonesia | Gambar: detik.com

"Kami dukung semua upaya baik Pak Erick, tetapi jangan hanya di permukaannya saja. Ibarat rumah, jika sudah mulai dibersihkan dari atap atau ruang tamu maka harus juga masuk sampai ke dapur dan toilet, semuanya harus bersih. Itu kami dukung penuh," ucap Jacqueline Tuwanakotta, Sekretaris Jenderal Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI).

Bersama pengurus lain IKAGI, perempuan yang telah berkarir sebagai pramugari selama 23 tahun itu berharap pembenahan di PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak berhenti pada perombakan jajaran pimpinan pucuk (komisaris dan direksi), melainkan sampai ke persoalan internal, hal terkecil sekalipun.

Pernyataan Jacqueline tersebut disampaikan kepada awak media saat konferensi pers pada Jumat (6/12), menanggapi keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang memecat Ari Askhara dari jabatan Direktur Utama Garuda, gara-gara skandal penyelundupan satu unit sepeda motor Harley Davidson dan dua unit sepeda Brompton bulan lalu.

Intinya, IKAGI merasa bersyukur dan mengapresiasi langkah yang diambil Erick Thohir, karena bagi mereka kasus Ari Askhara cuma puncak gunung es, baru sebagian saja dari banyak persoalan yang tengah menerpa Garuda. Hal yang paling mereka keluhkan adalah gaya dan kebijakan Ari Askhara yang dinilai semena-mena atau otoriter.

IKAGI berharap jajarannya bisa bertemu Erick Thohir dan mau mendengar apa yang mereka keluhkan. Dan betul terwujud, rombongan IKAGI yang dikomandoi oleh Zaenal Muttaqin selaku Ketua Umum sukses bertemu dan berbincang dengan Erick Thohir di Kantor Kementerian BUMN, hari ini, Senin (9/12).

Jajaran pengurus IKAGI bersama Erick Thohir (9/12) | Gambar: Twitter/@ikagiofficial
Jajaran pengurus IKAGI bersama Erick Thohir (9/12) | Gambar: Twitter/@ikagiofficial

Lalu apa saja yang diutarakan IKAGI ke Erick Thohir? Persis apa yang kian dibuka ke media bahwa soal manajemen kepemimpinan, pengaturan beban kerja, dan perlakuan diskriminatif serta tidak adil terhadap karyawan Garuda sepanjang Ari Askhara memimpin.

Antara lain, pengangkatan dan penempatan personil yang menggunakan prinsip "like" dan "dislike", jika tidak menuruti kata pimpinan maka berpotensi di "Papua-kan" (dipindahkan ke daerah terpencil); pemberian jam kerja yang melebihi batas wajar (perjalanan sampai 19 jam per hari); 'menghina' pramugari yang berbadan gemuk dan sudah tua; pemberian tanggungjawab kepada seseorang yang tidak sesuai kemampuannya; dan seterusnya.

Jika yang disampaikan IKAGI benar adanya, tidak dibuat-buat, maka artinya Erick Thohir sebagai "ayah" bakal pusing karena bertambah beban. Ternyata masalah di Garuda bukan cuma kasus pemolesan laporan keuangan perusahaan pada 2018 serta skandal penyelundupan kendaraan, tetapi juga soal manajemen kekaryawanan di internal Garuda yang tidak beres.

Untuk membereskan persoalan internal unit terkecil di Garuda, barangkali Erick Thohir tidak elok kalau masuk terlalu dalam. Erick Thohir cukup merombak struktur organisasi kepemimpinan pucuk saja. Supaya orang-orang diberi kepercayaan mengendalikan Garuda (direksi) yang membereskannya. Erick Thohir adalah menteri, bukan bagian direksi.

Maka dari itu, memang perlu kemudian Erick mencari sosok-sosok berpengalaman, jujur, tegas, dan kompeten untuk ditempatkan sebagai pimpinan baru dan terbaik Garuda, entah itu di posisi komisaris maupun direksi.

Ada hal menarik yang turut diungkap oleh IKAGI menyangkut keluhan atas penempatan personil yang tidak profesional, yakni asal punya modal tampang (berusia muda dan berparas cantik), otomatis diberi kepercayaan menjalankan sebuah tugas. Apa itu?

Yaitu penempatan awak kabin (pramugari) yang tidak fasih berbahasa Inggris namun ditugaskan di kelas bisnis rute penerbangan internasional. Akibatnya, terdapat penumpang asing yang mengajukan keberatan, bukan soal permintaan yang tidak terkabul, tetapi penggunaan bahasa pramugari yang kurang tepat.

"Dan memang pernah kejadian karena kebijakan ini ada pramugari di kelas bisnis bahasa Inggrisnya keliru saat penerbangan Jakarta-Sydney dan penumpangnya komplain. Jadi kejadiannya saat penumpang di kelas bisnis meminta selimut kepada awak kabin kami, lalu setelah diambilkan, niatnya awak kabin tersebut untuk mengucapkan "Selamat tidur" begitu, yang harusnya "Have a nice sleep" tetapi yang keluar jadinya "Rest in Peace". Dan penumpangnya kaget bukan main dan memilih untuk tidak jadi tidur. Ini mungkin buat masyarakat heran kok bisa begini parahnya, ya itu kejadian. Kalau ikut kebijakan beliau kan yang penting muda dan cantik," ungkap Jacqueline.

Rasanya tidak mungkin Jacqueline mengada-ada, karena memang dia seorang pramugari yang mengaku insiden tersebut sempat ramai diperbincangkan oleh para awak kabin lainnya. Bagi mereka itu sesuatu hal yang sangat memalukan. Lagipula, Jacqueline juga mengungkap secara terbuka ke publik lewat awak media.

Separah itukah kemampuan bahasa asing pramugari di maskapai sekelas Garuda? Jangankan yang bertugas di kelas bisnis rute penerbangan internasional, di penerbangan domestik saja wajib bisa berbahasa asing, minimal bahasa Inggris. Karena hampir di setiap pesawat yang berangkat, pasti ada orang asing yang manakala butuh bantuan.

Bukankah kemampuan awak kabin Garuda sudah dijadikan standar minimal untuk persyaratkan juga di maskapai-maskapai lain di tanah air? Sekali lagi, andaikan benar pernah terjadi demikian, maka yang malu bukan cuma Garuda, tetapi juga maskapai lain (karena Garuda dianggap contoh terbaik). Nama Indonesia pun ikut tercoreng, seolah cuma heboh bangga atas fasilitas maskapai sementara abai memperhatikan kompetensi para awak kabin.

Apa pun yang dikeluhkan IKAGI, kesimpulannya, cukup banyak persoalan di Garuda, yang sebagian besarnya dibereskan oleh pimpinan perusahaan. Tugas Erick Thohir sekarang mencari sosok-sosok terbaik yang mampu "menerbangkan" kembali Garuda ke puncak tertinggi.

***

Referensi: [1] [2] [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun