Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal Mencintai Indonesia, Saya Masih Kalah dengan Agnez Mo dan Miyabi

27 November 2019   09:55 Diperbarui: 29 November 2019   11:40 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agnes Monica (Agnez Mo) dan Maria Ozawa (Miyabi) | KOMPAS.com/ kolase editan pribadi

Kutipan pesan mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy kepada rakyatnya yang berbunyi, "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu", kiranya berguna untuk saya pribadi, dan mungkin juga buat orang lain.

Ya, sampai sekarang saya masih menuntut negara memberikan banyak hal untuk saya, sedangkan saya sendiri belum berbuat sesuatu yang luar biasa demi membanggakan negara saya. Tidak seperti orang lain yang saya lihat telah menunaikan kewajibannya akan hal itu.

Saya kurang tahu sampai kapan saya berlaku begitu, namun saya berharap semoga di suatu hari nanti saya bisa berkontribusi bagi negara, meski saya juga kurang yakin apakah mampu melakukannya di sisa umur saya atau tidak.

Saya bingung kontribusi dalam bentuk apa lagi selain memenuhi kewajiban membayar pajak, sementara saya sadar pemberian negara kepada saya justru lebih besar dari apa yang saya berikan.

Mungkin ada yang mau mengatakan kontribusi saya kepada negara tidak harus langsung dan berwujud materi, bisa ditunaikan lewat pelayanan kepada sesama. Tapi, lagi-lagi saya tetap mendapat ganjaran setimpal. Terus bentuk apa lagi?

Biarlah saya berusaha mencoba menemukannya, sembari menjalankan aktivitas saya sehari-hari. Saya tidak perlu mengingat dan mendata satu per satu, apa yang menurut saya semacam kontribusi buat negara, karena bisa saja salah dan tidak masuk kategori.

Setan apa yang merasuki saya sehingga tiba-tiba menulis artikel tentang nasionalisme dan cinta tanah air? Jawabannya, bukan setan atau makhluk sejenis, tetapi manusia. Ya, dua orang manusia yang saya ketahui dari media tengah ramai dibicarakan publik sejak kemarin.

Mereka yaitu Agnes Monica (Agnez Mo) dan Maria Ozawa (Miyabi), dua orang berkebangsaan berbeda. Agnez orang Indonesia, sedangkan Miyabi orang Jepang. Mereka berdua diperbincangkan untuk dipertentangkan soal sense of belonging terhadap Indonesia.

Agnez yang merupakan penyanyi internasional kelahiran Indonesia dilabel sebagai Malin Kundang (pengkhianat), didesak untuk membuka dokumen status kewarganegaraan, dan bahkan sampai diminta ke neraka, hanya gara-gara pernyataannya di sebuah wawancara di Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.

Pernyataan yang dianggap kontroversial dan akhirnya berbuah penghakiman dini dari sebagian warga (netizen) Indonesia itu adalah, ketika di sela sesi wawancara bersama Kevan Kenney, Agnez sempat mengaku tidak berdarah asli Indonesia dan hanya menumpang lahir di sana.

Kevan Kenney tengah mewawancari Agnez Mo | Gambar: tribunnews.com
Kevan Kenney tengah mewawancari Agnez Mo | Gambar: tribunnews.com
Durasi wawancara cukup panjang, yang pasti ada awal (gagasan dan proses) serta ujungnya (inti pembicaraan, hasil atau kesimpulan). Dan yang tahu persis maksud dan makna dari wawancara tentu cuma Agnez dan Kevan.

Namun apa yang terjadi, sebagian netizen Indonesia gagal paham atas pernyataan Agnez, yang rupanya didasarkan pada tayangan sepotong video wawancara, tidak utuh. 

Khususnya di jagat Twitter, nama Agnez sampai jadi trending topic. Sebagian menuduhnya pengkhianat, "kacang lupa kulit", tidak perlu membawa nama Indonesia di luar negeri saat tampil menyanyi, dan sebagainya.

Meski demikian, ada juga netizen yang matian-matian membela, antara lain mencoba menjelaskan maksud dari pernyataan Agnez, meminta tidak main hakim sendiri, hingga menyarankan agar menonton ulang video utuh serta membaca klarifikasi terbuka di akun Instagram Agnez.

Sila baca: Soal Ungkapan "Tak Berdarah Indonesia", Ini Klarifikasi Agnez Mo

Lah, Agnez yang terbukti punya prestasi membanggakan, mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, dan tidak bermaksud menyudutkan posisi tanah kelahirannya (saat wawancara) dengan gampang disebut pengkhianat, bagaimana dengan saya (dan Anda) yang cuma bisa menuntut untuk dilayani negara?

Betapa tidak malunya saya yang bersikap seolah ingin menihilkan kontribusi Agnez bagi negara ini, sementara saya hanya mampu mengeluh, mencibir dan mengutuk. Hal apa yang sudah saya torehkan yang nilainya sebanding dengan torehan Agnez?

Saya tidak punya relasi apa pun dengan Agnez apalagi soal darah, sehingga bisa jadi alasan untuk memujanya secara berlebihan. Garis darahnya dari nenek-moyang dan orangtuanya.

Kami hanya kebetulan lahir di tanah air yang sama, yang mestinya punya kewajiban yang sama pula membanggakan Indonesia. Tapi satu hal yang saya kagum dengannya, dia berhasil menemukan apa yang pantas dipersembahkan untuk negaranya.

Berikutnya, di hari yang sama (kemarin), muncul juga sosok asing yang sama sekali tidak punya hubungan apa pun dengan saya dan Agnez soal tuntutan mencintai Indonesia. Dia adalah Miyabi, salah seorang warga Jepang, yang sempat tersohor karena karirnya di industri film dewasa.

Miyabi melambaikan bendera merah-putih sebagai bentuk rasa bangganya atas kemenangan Timnas U-23 Indonesia melawan Thailand di Filipina | Gambar: KOMPAS.com
Miyabi melambaikan bendera merah-putih sebagai bentuk rasa bangganya atas kemenangan Timnas U-23 Indonesia melawan Thailand di Filipina | Gambar: KOMPAS.com
Apa pula kewajiban seorang Miyabi sampai bersedia mempromosikan jadwal laga pertandingan sepak bola di Sea Games 2019 dan terbuka memihak Timnas U-23 Indonesia saat melawan Thailand? Dia berharap dapat apa ketika Timnas U-23 Indonesia menang 2-0 sesuai prediksinya?

Kemarin sore seorang teman mem-posting link berita di akun Facebook-nya tentang kemenangan Indonesia melawan Thailand. Pada link tersebut, gambar depannya Miyabi yang sedang mencium bendera Indonesia. Lalu kami berdua berbalas komentar. Saya memberi komentar yang intinya, saya kagum sekaligus merasa tertampar dengan aksi Miyabi. 

Bagaimana tidak, saya sebagai warga asli Indonesia belum tentu mau dan mampu melakukan hal serupa: datang dari Jepang ke Filipina, mengenakan jersey bola berlogo Garuda, membawa bendera merah-putih, teriak-teriak dari tribun (yang barangkali berkontribusi melemahkan mental lawan), dan saat Timnas Indonesia menang dengan bangga mencium bendera yang bukan milik bangsanya.

Miyabi mencium bendera merah-putih usai Timnas U-23 Indonesia menang 2-0 melawan Thailand | Gambar: tribunnews.com
Miyabi mencium bendera merah-putih usai Timnas U-23 Indonesia menang 2-0 melawan Thailand | Gambar: tribunnews.com
Pesan apa yang mau disampaikan oleh Miyabi ke saya atas 'ulahnya' itu? Apakah maksudnya mau mengajak saya untuk semakin mencintai Indonesia seperti yang dicontohkannya sebagai warga asing?

Saya menangkap maksud Miyabi begitu, walaupun saya agak tersinggung karena dibuat malu. Adakah orang Indonesia lain yang ikut tersinggung? Mestinya ada, orang-orang sekelompok saya yang cuma sibuk mengkritik dan mempersoalkan pernyataan Agnez.

Miyabi sama dengan Agnez, punya cara sendiri mewujudkan rasa cintanya terhadap Indonesia, padahal bukan kewajibannya sebagai orang asing (Jepang). Saya bangga, ternyata orang yang tidak berdarah asli dan berkebangsaan Indonesia pun cinta pada tanah air saya.

Semoga saya bisa belajar dari Agnez dan Miyabi untuk menemukan cara bagaimana membanggakan Indonesia tercinta, selain pengakuan dalam bentuk ucapan dan kata.

***

[1] [2] [3] [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun