Desa Jetis merupakan salah satu desa yang ada di kecaamatan Besuki Kabupaten Situbondo provinsi Jawa Timur. Desa jetis sendiri terdiri dari 8 dusun diantaranya adalah Dusun Langsep, Dusun Randu, Dusun Krajan, Dusun Biting, Dusun Kanak putih,
      Desa Jetis memiliki luas wilayah sebesar 426 Ha, dimana wiayah desa jetis didominasi oleh lahan pertanian, sehingga mayoritas masyarakatnya banyak yang bergerak di bidang pertanian. Tanaman yang banyak di budidayakan didesa jetis yaitu jenis tanaman pangan seperti tanaman padi, jagung, dan kedelai. Desa jetis memiliki beberapa UMKM seperti UMKM tahu, tempe, jamu, batu bata dan masih banyak lainnya. Desa jetis juga memiliki lembaga pendidikan mulai dari tingkat usia dini, sekolah dasar, menengah pertama hingga madrasah Aliyah. Ketersediaan lembaga pendidikan tersebut. Kondisi transportasi di Desa Jetis dapat dikatakan relatif lancar, kemudahan akses transportasi tersebut turut mendorong mobilitas masyarakat dalam menjangkau sumber kegiatan ekonominya, selain itu mayoritas penduduk Jetis beragama islam menjadikannya cukup banyak tempat ibadah di desa tersebut. Mayoritas penduduknya didominasi suku Madura.
Identifikasi PermasalahanÂ
      Saat ini di Indonesia bahkan dunia sedang dilanda musibah yaitu pandemi Covid-19. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis corona virus. Virus ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa/tua. Terdapat gangguan sistem pernapasan hingga kematian jika terkena virus ini. Penularan covid-19 yang semakin melonjak di Indonesia menjadi dasar pemerintah untuk menerapkan berbagai aturan yang dimaksutkan untuk menurunkan potensi terjadinya penularan covid-19 di masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah yang masih berlangsung hingga saat ini adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Aturan PPKM juga berdampak pada lembaga pendidikan yang memutuskan proses pembelajarannya dilakukan secara daring dari rumah masing-masing. Hal ini juga terjadi di lembaga pendidikan di desa jetis. Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa. Kegiatan sekolah dengan sistem
belajar Daring dilakukan agar kualitas pendidikan Indonesia tetap berkembang dan tidak menurun kualitasnya.
       Namun faktanya dilapangan tidak sesuai dengan harapan tersebut, pelaksanan belajar Daring yang telah berjalan selama setahun lebih masih menyisakan masalah dan kendala yang dialami selama proses pembelajaran seperti yang dirasakan anak di Desa Jetis yang masih mengalami kesusahan dalam memahami pembelajaran yang diberikan. Selain itu juga anak-anak lebih banyak yang memanfaatkan waktunya di rumah untuk bermain. Masalah lainnya yaitu juga seperti sifat dari anak yang mudah bosan dengan media pembelajaran yang monoton. Anak-anak didesa jetis mayoritas sudah memiliki handphone yang sudah cukup bagus, namun penggunaannya sering hanya untuk bermain game saja jarang digunakan sebagai media belajar dan hanya sistem belajarnya hanya berpaku pada materi yang diberikan oleh guru saja. Apabla permasalahan tersebut tidak segera menemukan solusi, maka akan berdampak buruk terhadap kualitas pengetahuan anak yang menurun. Oleh kaarena itu dengan adanya bebagai problematika yang dirasakan oleh masyarakat untuk merespon permasalahan tersebut, saya Tubagus Tedy Prayitno sebagai salah satu mahasiswa Universitas Jember yang sedang melaksanakan KKN Back To Village 111 di Desa Jetis memili program kerja untuk mengoptimalkan kualitas pendidikan anak dalam menghadapi pandemi covid-19.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya