Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu...

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kembalinya KompasTV ke "Khittoh"-nya

31 Januari 2016   01:06 Diperbarui: 31 Januari 2016   20:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Suara Indonesia mengawali langkah baru KompasTV (dokpri)"][/caption]

Menggemuruh hati ini saat Chris John membacakan narasi jejak perjalanan prestasi Elyas Pical pada acara "Suara Indonesia" Kompas TV hari Kamis kemarin (28/01/16) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, yang meminta pemerintah Indonesia untuk mengangkat Ely menjadi pegawai pemerintah RI sebagai bentuk apresiasi terhadap jejaknya yang pernah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Kisah klasik nyata ini bukan hanya terjadi pada Elyas Pical belaka, namun juga pada banyak tokoh pelopor dan penggema "Suara Indonesia" lewat jalur bidang masing-masing. Mereka ada pada dunia olah raga, seni, budaya, tokoh agama dan sebagainya. Dipuja saat berjaya, dilupakan ketika tak berjaya.

[caption caption="Chris John membacakan narasi perjalanan Elyas Pical (Gambar: dokpri) "]

[/caption]

[caption caption="Suara Indonesia menjadi tonggak perubahan kompas TV memjadi news TV (gambar: dokpri) "]

[/caption]

Kisah miris Elyas Pical yang kini hanya bekerja sebagai SATPAM, lewat #SuaraIndonesia diharapkan menjadi perhatian semua pihak untuk mengingat kembali jasa-jasa para tokoh Indonesia yang berjuang meninggikan merah putih di mata dunia.  

Bertepatan dengan kembalinya KompasTV ke khittohnya setelah berusia 5 tahun dengan memetaforakan dirinya menjadi TV berita dengan mengingatkan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dengan memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh Indonesia yang telah mempopulerkan dan menggemakan nama Indonesia sesuai jalur masing-masing.

Elyas Pical, juara dunia pertama dari Indonesia pada cabang tinju dengan meraih gelar juara International Boxing Federal (IBF) kelas Bantam Yunior pada tanggal 03 Mei 1985, sempat gagal mempertahankan juara Ely kembali mengambil gelar juaranya dengan mengalahkan Tae-ill Chang petinju asal Korea Selatan.

[caption caption="Indro bersama istri dan putranya hadir menerima penghargaan (gambar: dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Indro tampak berdialog bersama Bimo Setiawan, Dirut KompasTV (gambar: dokpri)"]

[/caption]

Penghargaan juga diberikan kepada WARKOP DKI (Dono, Kasino, Indro) sebagai grup lawak legendaris Indonesia yang mempelopori dan membangun komedi sebagai kritik sosial. Penghargaan diterima oleh oleh Indro yang malam itu hadir bersama istri dan putranya. Sambil mengekor di belakangnya saat antri mencicipi bebek panggang saya ajak beliau untuk selfie dan dengan ramahnya ia mempersilahkan saya untuk adu ganteng bersamanya. 

Sumita Tobing, seorang doktor komunikasi lulusan Universitas Ohio, Amerika Serikat juga malam itu mendapatkan apresiasi dari Kompas TV sebagai pelopor gaya jurnalis baru lewat kreasinya dalam teknik wawancara yang interaktif, komunikatif dan menarik dilihat di layar kaca dan kini jejaknya diikutu oleh hampir semua host berita televisi Indonesia. 

[caption caption="Rizal Ramli juga hadir dan dicegat host cantik KompasTV untuk sesi wawancara (gambar: dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Tantowi Yahya juga hadir bersama senator lainnya Nurul Arifin (gambar: dokpri)"]

[/caption]

Sumita Tobing juga dikenal sebagai perempuan pertama yang menjabat Direktur Utama TVRI dan Pemimpin Redaksi perempuan pertama di televisi swasta. 

Waljinah, seorang penyanyi keroncong yang konsisten di dunianya hingga dedikasinya ini menjadikan keroncong semakin menggema dan populer di dunia.

Lewat "Suara Indonesia" Kompas TV terlihat berupaya merawat dan menjaga nilai-nilai juang, tradisi dan budaya Indonesia lewat menyuarakan kembali tokoh-tokoh Indonesia yang telah mempopulerkan, menyuarakan dan menggemakan Indonesia ke seluruh dunia lewat jalurnya masing-masing.

[caption caption="Ganjar Pramono (gambar:dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Dasi batiknya keren banget (gambar: dokpri) "]

[/caption]

Gema "Suara Indonesia" yang dimeriahkan penyanyi gaek namun tetap memiliki suara prima Iwan Fals, Kotak, Trio Lestari, Cherrybelle, Candil, komedian Cak Lontong dan Babe Cabita hingga Maruli Tampubolon dan Panji Pragiwaksono.

Hadir saat itu juga artis yang kini berkiprah sebagai senator Tantowi Yahya, Nurul Arifin, hingga Ira Koesno mantan penyiar TV yang wajahnya dulu sering wara wiri di televisi dan kini sibuk menekuni dunia konsultan Public Relation dan media yang rupanya tak jauh dari dunianya.

[caption caption="Gambar: dokpri "]

[/caption]

[caption caption="Megah, mewah, membahana (gambar: dokpri) "]

[/caption]

Mata saya juga sempat memperhatikan munculnya Rizal Ramli yang langsung diwawancarai oleh awak Kompas TV, begitu juga dengan Gubernur Ganjar Pramono yang mengenakan batik indah di tengah nuansa busana hitam yang mendominasi busana undangan malam itu.

 Kembalinya KompasTV ke khittoh-nya

Sebagaimana yang diucapkan Wapres Jusuf Kalla bahwa kembalinya KompasTV menjadi tv berita sejatinya adalah kembalinya kompas tv ke khittohnya sebagai bagian dari dunia news yang selama menjadi andalan dan spesialiasi Kompas Gramedia (KG).

Di awal kemunculannya 2-3 tahun pertama, kompas tv seperti terlihat gamang menunjukan eksistensi arah siarannya, antara intertainment atawa news sebagai andalannya. Namun menggemanya "Suara Indonesia" di JCC kemarin telah memplokamirkan dirinya secara kuat sebagai tv berita Imdonesia yang akan mengabarkan seluruh peristiwa di Indonesia dan dunia dengan tepat, cepat, dan terpecaya.

 [caption caption="Beberapa selebriti kompasiana tampak hadir (gambar: dokpri) "]

[/caption]

Sebagai tv berita bukan berarti tidak unsur hiburan di dalamnya, namun tetap ada dan dikemas dengan nuansa berita.

Publik sendiri tentu saja akan terus melihat apakah kompas tv akan menjadi pencerah dan penyampai kebenaran lewat sajian-sajian beritanya ataukah melangkah menjadi corong penguasa demi eksistensi kekuasaannya.

Sebagaimana yang pernah terucap dari salah satu pendiri Kompas Gramedia (KG): "......tugas pers bukan umtuk menjilat penguasa tapi mengkritik penguasa". Semoga.

Suarakan terus #SuaraIndonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun