Suger yang duduk dekat sopir, sedikit nyinyir bertanya ke sopir yang memang suka pula bergarah.
Lama cerita, tibalah ceweknya menyebut kata-kata orangtuanya saat menerima tamu dari kampung yang tidak suka selera orang Bandung.
"Banyak cirik minyak". Itu yang paling berkesan oleh cewek ini. Artinya, ketika tamu dari kampungnya Sumatera datang ke Bandung, disuguhi makanan ini dan itu, banyak yang tidak suka, dan lalu mempertanyakan pula.
Hal-hal seperti itu, oleh orangtua si cewek disebut banyak cirik minyak. "Orang kampung ini susahnya, banyak cirik minyak".
Tentu ketika si cewek ini menyebut hal itu, kami tergelak semua. Ya, ketawa lepas. Cewek itu pun tak tahan pula ketawanya.
"Ini melihat titik map-nya, kayaknya bapak-bapak turun di puntu belakang," kata sopir itu, sesaat menjelang tiba di stasiun Bandung.
Memang sih, kata dia, yang turun di depan dan di bagikan utara sana juga ada dan banyak.
Ya, kami ikut saja. Eh, tiba di dalam, tengok kiri kanan, rombongan yang duluan ke stasiun tak tampak batang hidungnya.
Khairul bertanya ke petugas di pintu masuk. Petugas itu menjawab, masih lama berangkatnya, pak. Silakan ditunggu di situ, seraya dia menunjuk tempat duduk.
Lalu, Rudy beli tiket di stasiun itu secara manual, dapat. Lama terpana, keluar masuk stasiun, berfoto, tak juga tampak kawan rombongan lain.
Saya keluar, mencari suasana hangat. Sendiri. Baru tiga kali hisap di luar, telpon berdering, Suardi Aminsyah mengontak rupanya