Oleh: Nurissa Aisy, Savira Shofi Yohana, Tsanaa Shofiyyah Az-Zahra
   Berdasarkan data dari program lingkungan PBB mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia tak boleh dianggap remeh dan memerlukan perhatian penuh dari pemerintah, karena sampai kapan Indonesia akan menjadi negara yang terus saja tercemar oleh sampah plastik? Apakah kita tega membiarkan anak cucu di masa depan merasakan penderitaan ini?
   Indonesia merupakan sebuah negara yang menempati posisi ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan total 279.390.258 jiwa pada tahun 2024. Tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat signifikan dari tahun ke tahun menyebabkan peningkatan konsumsi produk plastik sekali pakai semakin tinggi sehingga pemerintah kesulitan untuk menerapkan kebijakan terkait pengelolaan sampah plastik yang efektif dan efisien di Indonesia.Â
Jumlah produk plastik yang semakin tinggi dan tidak terkontrol di lingkungan yang berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan makhluk hidup yang biasa disebut juga dengan polusi plastic ini tak hanya hadir karena pertumbuhan penduduk yang meningkat signifikan saja, ada juga beberapa hal yang menyebabkan produk plastic ini bertransformasi menjadi polusi plastic yakni kurangnya pengelolaan sampah yang efektif, budaya konsumsi dan kebiasaan, serta industri dan perdagangan.Â
   Hingga saat ini pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi tantangan krusial, sebab sampah plastik ialah salah satu jenis sampah yang paling sulit terurai yaitu mencapai 400 tahun dan merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah nasional Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai angka 17,4 juta ton dan sebanyak 33,5% dari total sampah tersebut belum terkelola dengan baik.Â
Mayoritas sampah plastik di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari di rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik sebesar 39,1% pada tahun 2023 yang pada faktanya sampah rumah tangga ini sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu bisa menyebabkan penyakit seperti kanker, kerusakan organ dan gangguan pertumbuhan janin dan anak.Â
Jika dilihat berdasarkan jenis, pada 2023 mayoritas sampah di Indonesia berupa sisa makanan dengan proporsi 41,4%. Ada cukup banyak pula sampah plastik dengan proporsi 18,6%, kayu/ranting/daun 11,5%, dan kertas/karton 10,5%. Sementara sampah yang berupa karet/kulit, kain, kaca, logam, dan lainlainnya lebih sedikit dengan proporsi masing-masing di bawah 10%.
   Tak dapat dipungkiri juga bahwa budaya konsumsi dan kebiasaan masyarakat menjadi salah satu penyebab utama dari polusi plastic. Saat ini masyarakat terutama Gen Z cenderung melakukan konsumerisme yang berlebihan dan kurang menyadari akan dampak negative dari konsumerisme yang berlebihan tersebut.
 Konsumsi adalah sebuah kegiatan pemenuhan kebutuhan konsumen atau manusia namun bila dilakukan secara berlebihan dan merupakan konsumsi terhadap produk yang tidak selalu diperlukan maka akan memberikan dampak negatif. Apalagi pemenuhan kebutuhan tersebut ialah produk sekali pakai seperti gelas plastik, kemasan makanan plastic dll yang dimana produk ini mudah dibuang setelah digunakan sekali tetapi membutuhkan hampir 400 tahun untuk terurai di lingkungan.Â
Masyarakat Indonesia sebagian besar juga memiliki kebiasaan yang kurang baik perihal ini sehingga menyebabkan timbunan polusi plastic tidak terkontrol di Indonesia. Kebiasaan masyarakat yang paling sederhana ialah mereka tidak memanfaatkan daur ulang dengan baik. Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak memilah sampah dengan benar menyebabkan sampah plastic yang seharusnya bias didaur ulang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan pendidikan masyarakat perihal dampak negative dari polusi plastic tersebut.
   Penyebab polusi plastic di Indonesia yang terakhir yakni industri dan perdagangan. Kita mengetahui bahwa industry dan perdagangan di Indonesia telah berkembang pesat beriringan dengan perkembangan teknologi yang lambat laun mempermudah pekerjaan manusia. Namun seringkali industry dan perdagangan tidak mempertimbangkan dampak lingkungan jangka panjang yang diberikan atas penggunaan plastic pada produksinya.Â
Mereka para pengusaha seayogyanya bertanggung jawab atas sampah plastic dari bisnis mereka yang telah berhasil berkontribusi mencemari lingkungan di Indonesia. Karena memulai bisnis harus berdasarkan banyak pertimbangan termasuk bagaimana keberdampakan dari bisnis yang mereka lakukan terhadap lingkungan sekitarnya sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan berujung fatal.
   Padahal polusi plastik di Indonesia ini bila tidak kunjung menemukan titik terang akan merugikan hampir di seluruh aspek kehidupan seperti akan berdampak buruk pada perekonomian negara, kesehatan masyarakat sekitar serta pencemaran lingkungan terutama pada ekosistem laut.
   Di bidang ekonomi, polusi plastic akan berdampak pada kemerosotan pendapatan negara. Contohnya yaitu pantai dan laut yang tercemar plastik bisa mengurangi daya tarik destinasi wisata sehingga dengan penurunan jumlah wisatawan tersebut dapat menyebabkan penurunan pendapatan dari sektor pariwisata yang berdampak negatif pada ekonomi lokal yang secara ekonomi bergantung pada pariwisata tersebut.
  Selain itu, apabila sampah plastik telah melalang buana di laut maka akan merusak ekosistem laut dan mengancam kehidupan laut. Ini berdampak negatif pada industri perikanan karena mengurangi hasil tangkapan ikan yang merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak komunitas pesisir. Penurunan hasil tangkapan ikan dapat menyebabkan penurunan pendapatan bagi nelayan.Â
   Seperti kasus polusi plastic di laut yang merugikan nelayan hingga jutaan rupiah. Ini dirasakan oleh Mustaghfirin (53) selaku nelayan harian yang berasal dari Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Menurut pria yang biasa dipanggil Bobby ini, kondisi tersebut bisa lebih parah apabila ada sampah kiriman dari luar perairan Pulau Pari. Ia menduga sampah yang datang itu berasal dari pesisir Jakarta seperti Muara Angke atau juga Tangerang.Â
   Sampah plastik tersebut sangat mengganggu sekali. Apalagi baling-baling yang kami gunakan untuk mendorong perahu yang ukurannya kecil, sehingga seringkali menyangkut," ujar pria yang juga Ketua Kelompok Nelayan Camar Laut ini, Kamis (18/04/2024).Â
   Jika sudah terganggu, perjalanan untuk mendapatkan ikan jadi tidak normal. Dikarenakan, mesin perahu menjadi berat dan mudah panas. Bahkan, mesin perahu pernah sampai rusak. Kondisi tersebut menyebabkan harus putar balik. Selain itu, dampak lain akibat banyaknya sampah yang mencemari lautan ini membuat para nelayan harus mengubah jalur menuju daerah penangkapan ikan alternatif.
 "Kalau normal rata- rata per hari nelayan tersebut bisa dapat 100 kilogram ikan sekali trip. Tetapi jika ada sampah itu paling dapat 15-25 kilogram ikan, itu pun kadang seringkali tidak dapat ikan," imbuhnya. Bila dirupiahkan, lanjutnya, bila tidak bisa melaut kerugiannya bisa mencapai Rp1-2 juta dalam sehari.Â
   Polusi plastik juga berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar. Plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat mencemari tanah dan air berpotensi masuk ke dalam rantai makanan. racun plastik yang dimakan biota laut berpindah ke manusia yang mengkonsumsinya, Polusi plastik bagaikan monster tak kasat mata yang mengintai kesehatan kita.Â
   Mikroplastik, hasil pecahan plastik, mencemari makanan dan minuman, tertelan, dan menumpuk dalam tubuh, memicu berbagai penyakit serius seperti gangguan pencernaan, pernapasan, reproduksi, hingga kanker. Bahaya tak berhenti di situ. Zat kimia beracun dalam plastik, seperti BPA dan Phthalates, bermigrasi ke dalam tubuh, mengganggu perkembangan janin, memicu gangguan hormon, dan memperbesar risiko kanker. Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik memperparah keadaan. Vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus berpesta di tumpukan plastik, menyebarkan penyakit berbahaya seperti demam berdarah dan leptospirosis. Pembakaran sampah plastik menghasilkan asap beracun, mencemari udara, dan memicu penyakit pernapasan.
   Permasalahan sampah plastik di laut dari hari ke hari semakin tak terbendung. Hal ini menimbulkan kerusakan luar biasa pada ekosistem laut. Selain mengotori lautan, sampah juga termakan dan meracuni hewan-hewan laut. Bahaya serta ancaman lain sampah itu butuh waktu ratusan tahun sebelum terurai sempurna. Dalam prosesnya sampah hancur menjadi partikel- partikel kecil, menyebar di seantero perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan-hewan di lautan. Sampah-sampah itu terus membunuh makhluk hidup di lautan.Â
  Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (United Nations Convention On Biological Diversity) pada 2016, sampah di lautan telah membahayakan lebih dari 800 spesies. Dari 800 spesies itu, 40% nya adalah mamalia laut dan 44% lainnya adalah spesies burung laut. Data itu kemudian diperbarui pada Konferensi Laut PBB di New York pada 2017 lalu. Konferensi menyebut limbah plastik di lautan telah membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura- kura laut, dan ikan-ikan dalam jumlah besar, tiap tahun.
  Sebagai contohnya adalah penyu yang kerap kali tersangkut kumpulan sampah bahkan memakan sampah plastik dan mikroplastik karena menganggap sampah tersebut adalah makanan, padahal penyu merupakan salah satu hewan laut yang paling dilindungi. Tak hanya terjadi pada penyu, hal inipun terjadi pada burung laut dan singa laut. Bahaya sampah yang mengandung zat-zat kimiawi pada hewan diantaranya adalah menimbulkan luka fisik di saluran usus, translokasi ke jaringan atau organ lain, penurunan berat badan yang signifikan, pengurangan aktivitas makan yang signifikan, dan cacat perkembangan.
   Dampak negatif dari polusi plastik pada banyak aspek kehidupan tersebut mengakibatkan isu ini mendapat perhatian dunia atau global sebab dampak dari sampah plastic ini juga nantinya menyangkut kerjasama internasional dalam pengelolaan sampah dan upaya bersama untuk mengurangi dampak lingkungan. Indonesia menghadirkan isu polusi plastic ini pada forum AALCO ke-61 di Bali untuk mengetahui pandangan-pandangan dari negara-negara asia afrika yang terlibat terkait isu lingkungan tersebut sebab Indonesia pun sudah cukup kesulitan mencari solusi untuk menangani polusi plastic yang hingga saat ini belum juga terselesaikan.
   Beberapa langkah penting yang dapat dilakukan yaitu pertama, kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Bawalah tas belanja kain, botol minum isi ulang, dan wadah makanan sendiri. Hindari sedotan plastik dan pilih alternatif yang ramah lingkungan seperti bambu atau stainless steel. Kedua, pilih produk bijak. Perhatikan kandungan plastik dalam produk yang dibeli. Pilih produk dengan kemasan minimal, terbuat dari bahan daur ulang, atau mudah terurai secara alami. Dukung brand yang berkomitmen terhadap praktik ramah lingkungan.Â
  Ketiga, daur ulang dengan bertanggung jawab. Pisahkan sampah plastik dari jenis sampah lainnya. Pastikan sampah plastik dibuang pada tempatnya dan didaur ulang dengan benar. Berpartisipasi dalam program daur ulang di lingkungan sekitar atau pelajari cara mendaur ulang plastik di rumah. Keempat, sebarkan edukasi dan ajak komunitas. Bagikan pengetahuan tentang bahaya plastik dan pentingnya menjaga lingkungan kepada orang-orang di sekitar. Ajak keluarga, teman, dan tetangga untuk menerapkan gaya hidup ramah plastik. Berkolaborasi dengan komunitas untuk mengadakan kegiatan bersih- bersih sampah plastik dan edukasi lingkungan. Kelima, dukung kebijakan dan regulasi. Dorong pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang mendukung pengurangan penggunaan plastik, seperti pelarangan plastik sekali pakai dan insentif bagi industri yang menggunakan bahan ramah lingkungan.
   Krisis keberlanjutan ini mendorong berbagai inisiatif kolaborasi dan inovasi berkelanjutan di masyarakat sebab praktik daur ulang bukanlah solusi prioritas untuk mengatasinya karena tidak semua jenis plastic bisa didaur ulang. Tentunya untuk menginisasi hal ini diperlukan kerja sama anatara seluruh elemen masyarakat untuk turut berkontribusi. Dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah untuk meminimalisir polusi plastic di Indonesia. Oleh pemerintah KLHK menggencarkan gerakan pilah sampah dengan menghadirkan bank sampah hingga 25.540 unit yang dikelola mandiri oleh lintas komunitas, dilakukan pula prinsip pengurangan melalui daur ulang atau pemulihan sumber dan sumber daya dan juga melakukan kampanye. Berangkat dari keberhasilan adalah tentang bagaimana seluruh elemen turut berkolaborasi, maka peran masyarakat pun dibutuhkan pada saat-saat seperti ini.
   Pertama yakni dengan pembentukan karakter dan pola pikir perihal keberdampakan pemakaian sampah plastic pada jangka panjang. Sebab untuk apa pemerintah mengusahakan segala upaya untuk menangani polusi plastik namun sumber daya manusianya saja masih abai dan kurang peduli akan hal tersebut. Masyarakat perlu mengubah pola piker dan perilakunya untuk mengelola sampah plastik secara lebih efektif dan terkesan lebih ramah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan melalui kegiatan edukasi dan kampanye, b) Masyarakat dapat memilih menggunakan kemasan dan kantong yang ramah lingkungan seperti kantong kertas, kantong jaring, atau kantong yang dapat diurai secara alami, c) Mereka juga harus memahami pentingnya mengumpulkan dan mengelola sampah plastik dengan cara yang efektif, seperti mengumpulkan sampah plastik di tempat-tempat yang telah disediakan dan mengelola sampah tersebut dengan cara yang ramah lingkungan. Masyarakat juga harus mengembangkan budaya mengelola sampah yang ramah lingkungan dengan mengembangkan kebiasaan mengumpulkan dan mengelola sampah plastik secara teratur dan mengajarkan generasi mendatang tentang pentingnya mengelola sampah plastik dengan cara yang ramah lingkungan. Selain itu, masyarakat dapat mengembangkan ekonomi sirkular yang berfokus pada penggunaan kembali dan daur ulang bahan-bahan yang dapat diurai secara alami untuk mengurangi penggunaan bahan- bahan yang tidak dapat diurai dan mengurangi jumlah sampah plastik yang tidak dapat diurai.Â
   Kedua yakni dengan meningkatkan system daur ulang. Cara mengelola sampah yang benar juga dapat dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan zero waste juga dapat membantu mengurangi volume sampah dan memanfaatkannya kembali sehingga dapat didaur ulang. Selain itu, membuat DIY barang-barang seperti botol bekas menjadi pot tanaman atau kaleng menjadi tempat menyimpan bumbu juga dapat membantu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meringankan kerja para petugas pengelolaan sampah. Dengan mengikuti langkah- langkah ini, Anda dapat mengumpulkan dan mengelola sampah plastik dengan cara yang efektif dan ramah lingkungan, serta membantu meringankan beban lingkungan dan mencegah pencemaran. Selain itu, pemerintah juga dapat menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk mengelola sampah plastik secara lebih efektif. Contohnya, teknologi pengolahan sampah yang dapat mengurai sampah plastik secara alami dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang tidak dapat diurai. Mereka juga dapat mengubah pola hidup mereka untuk mengurangi penggunaan plastik, seperti menggunakan kantong yang dapat diurai secara alami, mengurangi penggunaan botol plastik, atau menggunakan kemasan yang dapat diurai secara alami.
   Melawan monster plastik membutuhkan komitmen dan aksi nyata dari semua pihak. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, kita bersama dapat membangun masa depan yang lebih sehat dan lestari. Ingat, bumi adalah rumah kita bersama. Mari jaga dan lindungi dari bahaya polusi plastik demi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI