Apakah kita itu seperti kertas kosong saat lahir ke dunia ini?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Sabtu, 15 Juli 2023
Dalam kehidupan kita di dunia ini, ada 2 teori, katanya, yang berbicara tentang kehidupan, dimana dalam hal kedatangan kita di dunia ini. Terjadi perdebatan di antara kedua penganut aliran filosofi ini, karena keduanya saling bertolak belakang antara yang satu dengan yang lain. Dalam artian pendapat yang satu berbeda dengan yang lainnya.
Satu sisi mengatakan bahwa kita itu datang ke dunia dengan membawa sesuatu. Dalam artian tidak datang dengan tangan kosong, melainkan pasti ada yang di bawa, bahkan saat jutaan sperma dan sel telur bertemu. Baik dari seorang yang disebut sebagai ayah (pemilik sperma) dan seorang yang disebut sebagai ibu (pemilik sel telur). Ini bukan ajang pornografi atau pornoaksi, cuma melakukan kajian secara ilmiah yang dalam dan kritis bagi para pembaca. Dan, ini pun bukan hal yang harus di tutup-tutupi apalagi tabu. Itu karena memang benar adanya seorang laki-laki (ayah) memiliki sperma dan perempuan (ibu) memiliki sel telur. Itu baru satu hal saja yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, dibandingkan hal yang lain.
Tapi, kita disini tidak membahas dengan dalam perbedaan laki-laki dan perempuan itu. Soalnya beda judulnya atau tidak sesuai. Lanjut kita pada teori yang kedua, yang menjelaskan bahwa kita manusia saat datang ke dunia itu bagaikan sebuah kertas kosong yang tidak ada isinya. Dalam artian sama sekali tidak membawa apapun saat ke dunia ini. Apakah kertasnya dalam hal kertas putih kosong sama sekali gak ada tinta atau noda, atau kertas putih yang mana dalam kehidupan kita ada yang bergaris-garis hitam.
Semua sama-sama kertas putih juga, hanya beda di hal noda (tinta) saja antara yang satu dan yang lainnya. Namun, menurut saya maksudnya mungkin saja kertas putih itu adalah sama sekali tidak memiliki tinta (noda). Itu karena sesuai dengan dasar filosofinya yang mengatakan bahwa tidak membawa apa-apa, bagaikan kertas putih tanpa noda atau cela. Tanpa cacat atau sama sekali tidak ada apa-apa. Dalam dunia matematika sama artinya dengan himpunan kosong yang kosong sama sekali tidak ada isinya.
Kalau nol ada yang berupa nol besarannya. Sedangkan kosong, sama sekali tidak ada, apalagi tidak ada nol. Itu karena nol ada nilainya, bukan tak bernilai.
Pada intinya pemikiran yang satu mengatakan kita datang ke dunia ini dengan membawa sesuatu, tetapi di pihak lain sama sekali tidak ada yang di bawa sedikit pun (kosong). Disini bukan mengundang perdebatan, pertikaian, perselisihan, apalagi bunuh-membunuh. Saya sama sekali tidak mengharapkannya saat menuliskan ini. Saya hanya mengutarakan pendapat, di bangsa yang katanya negara demokrasi atau bebas berpendapat.
Manusia itu sama sekali mustahil datang ke dunia kalau sama sekali tidak membawa apapun. Itu karena saat sperma dan sel telur bertemu, terbawa sifat atau genetika dari sperma, maupun dari sel telur itu. Buktinya saja, sampai ada yang mengatakan seseorang mirip hidung, muka dan bahkan karakternya dengan kedua orangtuanya itu. Apalagi, sampai dari generasi kakek dan nenek, serta di atasnya lagi. Belum lagi dari generasi adek kakek atau nenek kandung, adek bapak atau ibu kandung, serta dari generasi sebelumnya.
Mulai dari bentuk muka, warna kulit, cara ngomong, dan lain sebagainya, dimana dengan teknologi masa kini hanya dengan 1 sel genetika itu kita dapat mendeteksi jauh dari generasi di atas, sampai kita mengetahui asal-usul generasi itu darimana.
Tapi, katanya biayanya mahal dan memang mahal untuk teknologi jenis itu, apalagi yang semakin paten atau akurat. Kecuali, jika ditemukan material atau bahan pembuatan, sistem dan apapun dari alat itu yang biaya produksinya dapat di turunkan. Sehingga modal awal bisa murah atau di tekan, tanpa mengurangi keakuratan, ketepatan, atau kualitasnya itu sendiri.
Memang jika mau yang berkualitas, tahan lama dan paten harus dan pasti biayanya mahal sekali. Itu karena melewati proses yang panjang, ribet dan rumit sekali.
Mungkin pemikiran bagaikan kertas kosong itu muncul karena bayi tidak tahu sama sekali saat lahir ke dunia. Memang bayi sama sekali tidak tahu apa-apa, tapi bukan berarti bayi tidak membawa apa-apa sama sekali saat datang ke dunia. Kalau tidak membawa apa-apa, kok telinga, hidung, mulut, maupun yang lainnya ada pada bayi. Masa sperma dan sel telur saat bertemu tidak membawa apa-apa dari generasi bahkan yang sangat jauh sekali. Sebagai identitas atau ciri khas yang satu dan yang lainnya.
Kalau sama sekali tidak ada, maka gak ada bayi itu. Kosong semuanya. Tidak ada kehidupan atau bayi itu sendiri. Kalau tidak ada, maka kosong, bukan nol yang ada besarannya. Bahkan di garis bilangan ada tertulis nol di tengah-tengah antara pertemuan sumbu X, Y, maupun Z (ruang 3 dimensi).
Lantas, apakah kita itu seperti kertas kosong saat lahir ke dunia ini? Jawabannya, tidak sama sekali. Karena jika kosong, maka kita atau kehidupan itu sama sekali tidak ada (kosong).
Kalau dari segi pengetahuan, kita juga tidak mungkin tidak tahu apa-apa. Buktinya, bisa kita lihat setiap orang memiliki bakat atau talenta yang di bawa sejak lahir ke dunia. Cuma, orangtua harus memahami atau mengetahui bakat atau talenta itu, untuk di asah, dipertajam atau di perdalam lagi. Sehingga hasilnya optimal atau maksimal lagi.
Kalau orangtua tidak tahu, maka itu tugas guru, tetangga atau oranglainnya. Kalau memang sama sekali tidak ada yang tahu, maka kita harus mencari tahu sendiri. Bisa dengan bertanya kepada orangtua kita yang masih hidup, teman kedua orangtua, kakek dan nenek, atau keluarga yang lainnya. Supaya kita tahu apa yang generasi sebelum kita miliki, dan pasti kemungkinan besar akan ada yang turun kepada kita, kendatipun hanya satu saja.