Mohon tunggu...
Truly Andrianty
Truly Andrianty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa jurusan Industri Pariwisata yang senang berpetualang dengan mencari pengalaman dimanapun dan kapanpun waktunya. Tertarik dibidang Seni dan Kreatifitas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Audiensi dengan Patih Keraton Sumedang Larang, Peran Keraton Sebagai Puser Budaya Sunda

3 November 2022   05:48 Diperbarui: 3 November 2022   06:34 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada audiensinya, Ia menyampaikan bahwa Sumedang merupakan salah satu kota di Asia yang dijuluki sebagai Kota Mahkota. Nama dari mahkota itu adalah Mahkota Binokasih peninggalan Kerajaan Padjajaran. 

Mahkota Binokasih diserahkan ke Kutamaya dan dibawa empat Kandante. Penyerahan mahkota ini dijadikan sebagai simbol dan hari jadi Sumedang pada tanggal 22 April. 

Alasan mahkota ini disimpan di kota Sumedang karena Prabu besar dari Sumedang merupakan cucu dari Prabu Siliwangi yang terakhir yaitu Prabu Eyang Basunten. Mahkota Binokasih terbuat dari emas asli 18-20 karat. Adapun replika dari Mahkota ini bisa digunakan saat pernikahan keturunan Sumedang Larang berlangsung.

Di bawah pemerintahan Pangeran Angkawijaya yang bergelar Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Sumedang Larang mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Jawa Barat, kecuali wilayah kekuasaan Kesultanan Banten dan Cirebon.

Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang
1. Prabu Aji Putih
2. Prabu Tadjimalela
3. Prabu Gajah Agung
4. Sunan Guling
5. Sunan Tuakan
6. Nyi Mas Ratu Patuakan
7. Ratu Pucuk Umun
8. Prabu Geusan Ulun
9. Prabu Suriadiwangsa

dok. pribadi
dok. pribadi


Patih Keraton Sumedang Larang juga menyampaikan Keraton Sumedang memiliki tujuh pusaka utama yang digunakan para raja jaman dahulu. Diantaranya, Pedang Ki Mastak milik Prabu Tadjimalela, Keris Ki Dukun milik Prabu Gajah Agung, Keris Panunggul Naga milik Prabu Geusan Ulun, Keris Nagasasra pertama milik Panembahan Sumedang dan Keris Nagasasra kedua milik Pangeran Kornel. 

Pada zaman Pangeran Kornel, tombak diasah menggunakan tangan dan terdapat dua bentuk keris khas Sumedang yaitu keris berbentuk lurus dan berkelok. Kemudian, Ki Galih dan Ki Ginanjar memiliki pusaka turun-temurun berupa Pedang panjang serta Eyang Mbah Jaya Perkasa yang mampu membawa dua senjata sekaligus. 

Selanjutnya, terdapat Pusaka bernama Kujang (Kudi) yang tergenerasi, dimana sebelumnya digunakan sebagai alat tradisional untuk memotong padi pada zaman Dwi Sri (Kahyangan) menjadi senjata Raja. 

Selain itu, ada Patrem (tusuk konde) digunakan sebagai senjata rahasia perempuan. Kemudian ada Bedog khas Sumedang yang bernama Bedog Cikeruh dengan ciri berujung tajam. 

Bedog tersebut berfungsi sebagai senjata Prajurit dan pembeda kasta antara Bangsawan dengan Prajurit. Di Gedung Pusaka juga terdapat souvenir alat makan terbuat dari perak yang diberikan kepada Pangeran Sugih oleh Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun