Mohon tunggu...
Triwibowo Probo Sukarno
Triwibowo Probo Sukarno Mohon Tunggu... Guru - Konselor Sekolah

Bimbingan dan Konseling | SMPN 1 Jatirogo, Tuban | Pernah ditugaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Pendidik daerah 3T di Kabupaten Boalemo, Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persahabatan Singkat Saya dengan Siswa Autis

5 Agustus 2019   21:43 Diperbarui: 6 Agustus 2019   05:31 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remaja laki-laki yang saya temui di tengah kerumunan siswa di sekolah tingkat menengah pertama ini sekilas tak ada perbedaan yang mencolok dengan rekan lainnya. Tapi pertemuan yang berbatas waktu ini menumbuhkan kekaguman, inspirasi, dan best practices untuk membuat pertemuan-pertemuan berkualitas lainnya.

Galih, remaja autis yang diabaikan manusia, tetapi ia mencoba mencuri hati dunia dengan membaca, bukan untuk menarik perhatian, hanya agar dia dikenal oleh dunianya.

"Saya lihat di internet, orang yang sudah menjadi pecandu NAPZA daging tubuhnya keluar. Ngeri banget!"

Galih berbagi pengalaman belajarnya, bukan kepada setiap orang. Tak banyak rekan-rekan di kelasnya yang dirasa cukup 'baik' untuk mendengarkan opini dan analisisnya tentang isu-isu kekinian yang dipelajari dari internet.

Terang saja, tak banyak pula remaja yang mau menjadi pendengar aktif kalimat-kalimat yang dituturkan dengan datar---tanpa ekspresi. Nggak telaten.

"Autis". Jawaban yang saya dapatkan dari kakak laki-lakinya pada suatu pertemuan yang sengaja saya rancang. Saya menemani Galih menunggu jemputan rutin kakaknya di depan gerbang sekolah.

"Sudah dilakukan serangkaian tes mulai dari skrinning, penilaian perilaku, hingga, hingga tes laboratorium. Galih menderita Asperger Syindrome (AS). Nanti bapak juga akan tahu bagaimana pola interaksi dan perilaku dia sehari-hari"

Hari-hari saya bersama Galih semakin menyenangkan. Saya selalu antusias menyambut hari sabtu jam ke 4, jadwal layanan bimbingan klasikal di kelas dia.

Sebagai seorang konselor sekolah, wewenang saya tentu terbatas dalam memberikan intervensi pada autisme. Tapi saya punya kesempatan untuk menyediakan ruang selebar-lebarnya bagi siswa untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal---pun untuk Galih.

Saya tidak muluk-muluk, apalagi menentang hukum alam. Saya tidak akan bisa menyembuhkan autisme yang dialami Galih. 40 menit perminggu waktu yang saya miliki di ruang kelas ini saya manfaatkan untuk mengapresiasi Galih, memberikan reinforcement yang mungkin hanya sekadar "bagus, hebat, very nice, give applause".

Tata bahasa yang digunakan dari hari kehari semakin nampak. Galih tak kehilangan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. "Jujur itu padahal mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun